GAZA (Arrahmah.com) – Akibat tak ada petugas kebersihan profesional, kondisi rumah sakit di Gaza semakin memprihatinkan dan berpotensi mengundang penyebaran penyakit kepada masyarakat. Sayangnya warga Gaza tak dapat berbuat banyak, sebab sampah medis tidak dapat ditangani sembarangan secara manual oleh sembarang orang.
Untuk mengatasinya, Anggota Dewan Legislatif Palestina Muhammad Shihab menyerukan faksi-faksi Palestina untuk membantu rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza dengan segera dan secepatnya. Sementara, pemerintah rekonsiliasi nasional Palestina di Ramallah lari dari tanggung jawabnya terhadap sektor kesehatan, pelayanan, administrasi kementrian kesehatan dan rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza, sebagaimana dilaporkan Suara Palestina Jum’at (5/12/2014).
Shihab menegaskan bahwa realita kesehatan di Jalur Gaza dalam keadaan “hidup” [namun] tanpa layanan kesehatan. Di saat yang sama terjadi keruntuhan menyeluruh pada sistem kesehatan di rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza.
Shibab mengatakan, keruntuhan fasilitas kesehatan merupakan bagian dari tragedi kemanusiaan yang mengancam sistem kerja kesehatan, disebabkan berlanjutnya mogok total dari sebagian pekerja kebersihan karena menuntut pembayaran gaji mereka. Semua ini adalah tanggung jawab pemerintah rekonsiliasi nasional Palestina yang lari dan tidak menunaikan tanggung jawabnya secara serius sampai hari ini.
Sementara itu, Jurubicara Departemen Kesehatan di Jalur Gaza, Dr, Asyraf Qadra telah memperingatkan bahaya yang akan terjadi bila krisis kebersihan dan krisis-krisis lainnya yang melanda sektor kesehatan terus berlanjut. Ia mengatakan bahwa departemen kesehatan akan menghadapi pilihan-pilihan sulit pada masa-masa mendatang bila krisis ini terus berlanjut.
Krisis kesehatan di dalam rumah sakit Gaza
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengingatkan krisis kesehatan mengintai RS di Gaza pasca mogoknya para petugas kebersihan disebabkan tak mendapatkan gaji sejak 6 bulan lalu.
Juru bicara Kemenkes, Dr. Ashraf al Qudra mengatakan kepada Quds Press, para pasien di Gaza menghadapi situasi sulit, sementara pihak petugas medis tak bisa memberikan layanan disebabkan buruknya kondisi lingkungan [yang tidak higienis], pasca mundurnya perusahaan jasa kebersihan, Rabu (3/12) sampai waktu yang belum ditentukan.
Alasan berhentinya perusahaan layanan kebersihan karena tak mendapatkan pembayaran sejak 6 bulan lalu. Sejumlah upaya dilakukan menuntut kementerian kesehatan di Ramallah agar bertanggung jawab, namun tak kunjung berhasil.
Kementerian menyebutkan kondisi darurat dialami sejumlah RS di Gaza akibat hengkangnya para petugas kebersihan. Di lain pihak, Al Qudra menjelaskan, petugas medis akan mengalami kesulitan menunaikan tugasnya jika tak ada petugas kebersihan.
Keputusan penarikan diri petugas kebersihan akan berdampak buruk bagi para pasien di RS, yang bisa memicu berkembangnya mikroba. Al Qudra mendesak pihak terkait dan pemerintah agar melindungi hak-hak pasien, dan segera membuat kebijakan mengakhiri krisis di RS Gaza dan memberikan hak-hak perusahaan suplier jasa kebersihan.
Sementara, sebagai perwakilan masyarakat Gaza, Abdullah Onim berharap, “Semoga kondisi buruk yang dialami rumah sakit-rumah sakit di Gaza ini diketahui NGO Indonesia dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sehingga dapat segera mengulurkan bantuan kemanusiaan kepada saudara-saudara kita.” (adibahasan/arrahmah.com)