AL-QDS (Arrahmah.com) – Ratusan warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan pasukan “Israel”, saat “Israel” melarang mereka memasuki Al-Quds (Yerusalem), memicu percikan awal intifadhah ketiga, atau pemberontakan, di tanah yang terjajah itu.
Menyulut situasi yang semakin memanas di Al-Quds, pasukan pendudukan “Israel” melarang mereka memasuki Al-Quds pada Ahad (4/10/2015), sebagaimana dilansir oleh Onislam.
Menurut Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), situasi di Palestina berada dalam situasi darurat. Pasukan “Israel” menggunakan peluru tajam dan peluru baja berlapis karet terhadap demonstran Palestina di wilayah Tepi Barat pada akhir pekan.
Sementara itu, hampir 400 orang terluka, termasuk 150 diantaranya menderita luka tembak. Seorang pemuda Palestina berusia 18 tahun ditembak sampai mati oleh pasukan “Israel” dalam bentrokan yang berlangsung di pos pemeriksaan Tulkarem.
“PRCS menggarisbawahi bahwa praktik-praktik ini merupakan pelanggaran terang-terangan teradap ketentuan hukum kemanusiaan internasional, terutama Konvensi Jenewa Keempat tahun 1949 tentang perlindungan warga sipil di masa perang,” Al Jazeera melaporkan.
Bentrokan pada hari Ahad itu terjadi setelah dua warga “Israel” tewas di tangan seorang pemuda Palestina di Al-Quds pada Sabtu malam.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Ahad bahwa “Israel” akan melancarkan pertarungan sampai mati melawan “teror” Palestina, dan memerintahkan langkah-langkah baru yang lebih keras setelah pembunuhan dua warga “Israel” di Al-Quds, Los Angeles Times melaporkan.
“Langkah-langkah ini mencakup, antara lain, mempercepat pembongkaran rumah ‘teroris’,” kata Netanyahu dalam pidatonya.
Agresi terbaru “Israel” di tanah Palestina dimungkinkan bisa memicu intifadhah ketiga.
Beberapa komentator dan wartawan ‘Israel” juga meramalkan bahwa situasi yang memanas di Al-Quds bisa memicu Intifada ketiga.
Tidak hanya komentator “Israel”, beberapa pemimpin Palestina juga menggambarkan bahwa situasi di Palestina sebagai intifada baru.
Peristiwa di Tepi Barat dan Jerusalem “adalah tanda-tanda dari intifada ketiga,” Sultan Abu Einain, pemimpin di partai Fatah, mengatakan kepada TV Palestina.
Pada Senin pagi (5/10) dua pria bertopeng menikam satu orang “Israel” berusia 30 tahun di wilayah selatan “Israel”.
Sementara itu, militer “Israel” mengatakan bahwa pihaknya telah meluncurkan serangan udara yang menargetkan Gaza utara dalam menanggapi serangan roket dari Jalur Gaza yang terkepung.
“Israel” menduduki kota suci Al-Quds, Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan dalam perang tahun 1967 dan kemudian mencaploknya dalam langkah-langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional atau resolusi PBB.
Sejak itu, “Israel” telah mengadopsi serangkaian langkah-langkah penindasan untuk memaksa orang Palestina keluar dari Al-Quds, termasuk pembongkaran sistematis rumah mereka dan pembangunan permukiman secara besar-besaran.
(ameera/arrahmah.com)