Jakarta (Arrahmah.Com) – Mungkin kebanyakan orang mengenal Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebagai seorang ulama sepuh yang kharismatik. Kiprah dakwah beliau bukan lagi di tataran lokal negeri ini. Bermula dari sikapnya yang tanpa tedeng aling-aling dalam menyampaikan kebenaran kepada rezim yang berkuasa membuatnya keluar masuk hotel prodeo hingga akhirnya beliau hijrah ke Malaysia.
Hijrahnya ke Malaysia tidak membuat alumnus Universitas Al-Irysad ini diam dan tak berbuat apa pun. Seperti yang pernah dikatakan beliau, “hijrah itu bukan semata-mata melarikan diri melainkan menyusun strategi”. Benar saja, Allah Justru membuka peluang yang luas di luar negeri untuk berdakwah, beliau pernah mengisi pengajian dari mulai di Malaysia, Singapura bahkan di Australia.
Siapa sangka Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dengan pengalamannya yang malang melintang di dunia dakwah ternyata pada awalnya beliau merupakan seorang aktivis Pelajar dan Mahasiswa. Menurut pengakuan beliau ia pernah menjadi anggota Pandu Islam (mungkin sekarang Pramuka), kemudian ketika di Ponpes Gontor beliau masuk PII (Pelajar Islam Indonesia). Lulus dari Gontor beliau melanjutkan kuliah di Universitas Al-Irsyad Solo di sanalah beliau menjadi aktivis HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan sempat memegang jabatan strategis yakni pimpinan Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI).
Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sang mantan aktivis kampus ini sekarang kembali di tahan sejak 9 Agustus 2010. Dengan tragis usai safari dakwah mobilnya digiring ke dalam Polres Banjar dan ditangkap Densus 88 laknatullah. Meski beliau sekarang sedang mendapatkan fitnah dari rezim thaghut negeri ini tak henti-hentinya beliau berdakwah, menyampaikan taushiyah atau bahkan seruan yang beliau tujukan kepada berbagai kalangan. Bahkan beberapa kali saat dikunjungi beliau terus menyebut-nyebut peran mahasiswa. Inilah seruan beliau kepada mahasiswa Islam yang diambil dari Sel tahanan Bareskrim Mabes Polri.
Saya harapkan mahasiswa Islam alangkah baiknya kalau mahasiswa Islam yang mempelopori tegaknya Negara Islam, entek-entekan (Bahasa Jawa), habis-habisan tidak apa-apa!
Mahasiswa mengadakan revolusi seperti zaman Soeharto, tetapi tujuannya tegas, berlakunya hukum Islam 100 % itu tujuannya, karena itu tuntutan ‘aqidah, itu hak-hak kita. Maka sekarang ini status Islam dan umat Islam itu hidup di masa penjajahan, bukan penjajahan ekonomi tetapi penjajahan ‘aqidah, kita tidak boleh melaksanakan hukum Islam 100%. Jadi kita ini hidup di masa penjajahan, tidak ada bedanya dengan zaman Belanda, kalau dulu yang menjajah Belanda sekarang yang menjajah kaum Nasionalis thaghut-thaghut itu.
Harus berani mahasiswa itu! Jangan sekedar mengadakan revolusi dengan mengganti thaghut Soeharto (mengganti thaghut lama dengan thaghut baru, pen.) tetapi revolusi kembali kepada tegaknya Islam, itu artinya jihad juga.
Para ulama mengartikan jihad itu dengan perang atau dengan revolusi untuk menjatuhkan kekuasaan thaghut diganti dengan Islam. Nah kalau mahasiswa berani begitu itu bagus, kalau tujuannya sudah ke sana mati itu tidak ada ruginya, mati fi sabilillah.
Jadi orang Islam tidak boleh tinggal di Negara yang bukan Islam, ini yang banyak tidak ngerti orang, dakwah saya yang semacam ini yang dibenci. Saya katakan kalau orang Islam rela negaranya bukan Islam karena pertimbangan ekonomi itu bisa murtad.
Semua ulama sepakat harus hijrah ke negeri Islam! Atau berusaha merubah Negara tersebut kepada Negara Islam. Sebab Islam tidak bisa diamalkan kecuali dengan sistim dan kekuasaan, maka orang Islam itu yang menguasai tidak boleh dikuasai, ini yang harus dipahami! Memang keterangan ini yang membuat thaghut itu betul-betul marah. Jadi mahasiswa itu harus paham!
Kita itu dengan orang kafir itu hanya urusan dunia yang boleh lunak, saling tolong menolong. Tapi kalau sudah urusan syari’at lakum dinukum waliyadin’. Kalau ada orang kafir setuju syari’at Islam kecuali satu syari’at saja, tidak! Harus 100%.
Tetapi kalau urusan dunia kurang lebih itu tidak apa-apa, kita ngalah itu tidak apa-apa demi hidup rukun, tolong menolong. Nah selama ini kita ngalah masalah syari’at, akibatnya hingga hari ini. Waktu merdeka kita sudah ngalah sama Soekarno, Soekarno bawa ideologi neraka, kita memperjuangkan ideologi surga kita ngalah, kita terima ideologi nerakanya Soekarno, jadi sampai hari ini neraka!
Mestinya waktu itu tegas, tidak! Tidak ada Negara tidak apa-apa! Kalau kamu tidak mau, pergi kamu! Negara ini harus tetap Islam, begitu!
Demikianlah seruan beliau kepada mahasiswa Islam di jagad negeri ini. Seruan yang amat jelas dan tegas, bukan sekedar mengganti thaghut lama dengan thaghut baru tetapi mengganti sistem negara ini dari sistim kufur kepada sistim Islam. Wahai mahasiswa muslim dari organisasi kampus manapun kalian ketahuilah Allah Ta’ala Berfirman: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu (Al-Baqarah : 147) oleh karena itu tidak ada sikap lain bagi kalian selain “dengarkan dan laksanakan…!” (Wd/Arrahmah.Com)