JAKARTA (Arrahmah.com) – Tak terbantah, insiden Tolikara, Papua pada Jum’at (17/7/2015) lalu yang diduga melibatkan campur tangan pihak asing, memang sebuah panggung “pihak asing”. Bahkan hal tersebut diakui oleh Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIDI), Pendeta Dorman Wandikbo.
Dalam sebuah acara di TVRI, Sabtu (1/8), secara lantang Presiden GIDI, Pendeta Dorman Wandikbo menyampaikan ” bahwa bukan tenaga asing, mereka adalah misionaris-misionaris dan hampir semua gereja ada misionaris, kebetulan kami dari gereja GIDI (Gereja Injili Di Indonesia) ada 3 badan visi yang masuk dari tahun 50an, teman-teman dari Kanada, Amerika, Selandia Baru setiap kali kegiatan misionarisnya di undang termasuk tolikara adalah dibuka oleh misionaris sampai jadi kabupaten, hampir semua daerah pemekaran jadi kabupaten dibuka oleh misionaris-misionaris.”
Oleh karena itu tidak diragukan lagi kebenaran dugaan peneliti terorisme Indonesia Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya, pada Republika Sabtu (25/7) bahwa, “Dengan adanya banyak cabang organisasi para pelaku, bahkan adanya jaringan di luar negeri maka dimungkinkan jaringan ini telah dan akan berkontribusi untuk melakukan perilaku teror.”
Ia menambahkan, bahkan bisa terjadi tindakan terorisme pada waktu dan tempat berbeda di waktu mendatang. Untuk itu, ia berpendapat jika tidak dihentikan dari awal, maka Gereja Injili di Indonesia (GIDI) berpotensi menjadi organisasi teroris besar.
Hal serupa disampaikan Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menilai ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kisruh Tolikara, Papua, untuk menyerang pemerintahan dan institusinya. Ia mengatakan, tak menutup kemungkinan pihak lain itu berasal dari luar negeri. “Penyelidikan Polisi masih panjang. Bisa saja kan ada keterlibatan pihak asing,” ujarnya pada situs Tempo, Kamis (23/7). (adibahasan/ar1/arrahmah.com)