TEPI BARAT (Arrahmah.id) – Seperti yang dikonfirmasi oleh kementerian kesehatan Palestina, lima orang Palestina tewas oleh pasukan “Israel” dan pemukim dalam 24 jam terakhir sejak Ahad sore di Tepi Barat yang diduduki.
Pada Senin pagi (7/8/2023), Ramzi Hamed (17), dari kota Silwad, sebelah timur Ramallah, dinyatakan meninggal dunia setelah sepekan berjuang melawan luka-luka akibat peluru tajam yang ditembakkan pemukim “Israel” di dekat kampung halamannya.
Pada awal Agustus, pemukim “Israel” menembak dan melukai Hamed ketika ia sedang mengendarai mobil bersama dua orang temannya di sebuah jalan di luar kota Silwad. Sumber-sumber medis mengatakan kepada media Palestina bahwa Hamed terluka di bagian perut.
“Ramzi adalah seorang remaja normal yang tidak pernah terlibat masalah,” ujar Shatha Hammad, jurnalis dan penduduk Silwad, kepada The New Arab.
“Dia mengendarai mobil dengan dua temannya di jalan utama di luar kota, mungkin pergi ke kota tetangga, dan mereka lewat di depan jalan pertanian yang mengarah ke pos pemukim ‘Israel’ di dekatnya, Amona, yang dievakuasi oleh tentara ‘Israel’ beberapa tahun yang lalu,” ujar Hammad.
“Para pemukim dari pemukiman Ofra, tepat di bawah bukit, ditempatkan di sisi jalan, dan menembaki mobil Ramzi, dan melukainya sebelum pergi,” tambahnya.
“Ini adalah yang terbaru dari serangkaian serangan pemukim di daerah tetangga sejak bulan lalu”, kata Hammad. “Beberapa pekan yang lalu, para pemukim menyerang penduduk kota tetangga Deir Jarir, menembaki mereka ketika berada di tanah mereka, dan beberapa hari kemudian, para pemukim menembak Ramzi”, tambahnya.
Sebelumnya pada Ahad sore, pasukan “Israel” menewaskan tiga orang Palestina di dekat Jenin setelah mencegat mobil yang mereka kendarai di selatan Tepi Barat.
Para korban diidentifikasi sebagai Nayef Sweis (26), Baraa Abu Qarm (15), dan Luai Naaseh (21). Ketiganya dihentikan oleh pasukan “Israel” ketika sedang berkendara di dekat kota Arrabah, sebelah selatan Jenin. Rekaman video yang disebarkan oleh media Palestina menunjukkan tentara “Israel” menembaki mobil tersebut ketika dihentikan di jalan dari jarak dekat.
Tentara “Israel” mengklaim bahwa ketiga orang tersebut membentuk sel bersenjata Palestina yang sedang dalam perjalanan untuk menyerang target-target “Israel”. Pernyataan tersebut menambahkan bahwa target penyergapan adalah Nayef Sweis, yang diklaim oleh militer “Israel” sebagai pemimpin sel tersebut. Militer “Israel” juga mempublikasikan gambar senapan yang diklaim ditemukan di dalam mobil ketiga pria tersebut.
Ayah Sweis mengatakan kepada media Palestina bahwa anaknya telah menjadi buronan tentara “Israel” sejak enam hari yang lalu, dan menyangkal bahwa ia akan menyerang target-target “Israel”.
“Keluarganya masih syok, jarang menjawab telepon, karena mereka sama sekali tidak menduga akan terbunuhnya Nayef,” ujar Shatha Hanaysheh, seorang jurnalis lokal dan penduduk Jenin, kepada TNA. “Begitu juga dengan keluarga dari dua korban lainnya,” katanya.
Orang tua Baraa mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi saudara perempuannya dan bahwa ia bertemu dengan Nayef dan Luai dalam perjalanannya dan memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama mereka, menyangkal bahwa ia terlibat dalam kegiatan bersenjata.
Nayef Sweis diklaim sebagai salah satu anggota batalion Al-Quds, sayap bersenjata Jihad Islam Palestina -PIJ, dan anggota terkemuka Brigade Jenin. Baik PIJ maupun Brigade Jenin tidak mengonfirmasi atau membantah klaim tentara “Israel” tersebut.
Pembunuhan Sweis, Al-Qarm dan Naaseh terjadi beberapa jam setelah pasukan “Israel” membunuh Kamel Abu Baker (27), setelah ia membunuh seorang petugas keamanan “Israel” di Tel Aviv pada Sabtu.
Menurut laporan Palestina, Abu Baker berasal dari desa Rummanah, dekat Jenin, dan tentara “Israel” telah mengincarnya selama lebih dari satu tahun karena menjadi anggota Brigade Jenin, hidup secara sembunyi-sembunyi, menghindari kemunculan di depan umum dan menggunakan nama palsu.
Pada Ahad, ratusan warga Palestina berbaris di Jenin untuk memprotes pembunuhan tiga warga Palestina di dekat Arrabah. Pada Senin, Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengutuk pembunuhan di dekat Arrabah, dan menyebutnya sebagai “eksekusi di depan umum yang menunjukkan keinginan untuk membunuh yang telah mengambil alih para pemimpin institusi militer [Israel]”.
“Tentara [Israel] termotivasi oleh perintah, yang sering dibanggakan, oleh para menteri [Israel], cucu-cucu dari gerombolan yang melakukan pembantaian terhadap rakyat kami pada 1948”, tambah Shtayyeh.
Awal pekan lalu, pemukim “Israel” membunuh seorang warga Palestina berusia 19 tahun di desa Burqa, sebelah timur Ramallah, yang meningkatkan jumlah warga Palestina yang dibunuh oleh pemukim dan pasukan “Israel” menjadi enam orang pada bulan Agustus saja.
Pada Juli, 33 warga Palestina terbunuh oleh pasukan “Israel”, menjadikannya bulan paling mematikan dalam tahun ini bagi warga Palestina. Sejak awal tahun, lebih dari 200 warga Palestina telah terbunuh oleh pasukan atau pemukim ilegal ekstrimis Yahudi. (haninmazaya/arrahmah.id)