Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, S.H., M.H.*
(Pemikir Ideologi Transnasional)
(Arrahmah.id) – “Bagi Zionis, perang dunia harus terus dilanjutkan sampai penguasaan terhadap Palestina guna menguasai dunia (Novos Ordo Seclarum).”
Fasisme berkembang dengan pesat menjelang Perang Dunia I. Fasisme telah menjadikan penguasa diktator (otoriter) melakukan serangkaian tindakan penindasan dan kekerasan yang demikian brutal dan kejam.
Saat berkecamuknya Perang Dunia II telah menjadikan kaum fasis demikian sadis dan kejam. Sejarah mencatat tidak kurang dari limapuluh juta jiwa melayang di tangan kaum fasis Nazi Jerman.
Fasisme tidak dapat dilepaskan dari sosok Charles Darwin. Dia mengatakan bahwa, “manusia itu adalah hewan yang telah mengalami perkembangan dengan sempurna”.
Ajarannya menegaskan bahwa “yang kuat bertahan hidup, yang lemah punah”.
Pandangannya bahwa manusia harus berada dalam perjuangan terus-menerus untuk dapat bertahan hidup menjadikan suatu pemimpin negara berkarakter fasis. Benito Mussolini dan Adolf Hitler mewakili pemikiran Darwinisme, yang pada gilirannya menerapkan fasisme.
Charles Darwin juga tidak terlepas dari kakeknya yakni Erasmus Darwin. Erasmus seorang Evolusionis yang menganut kepercayaan Pagan.
Dia merupakan salah satu petinggi Mason Canongate Kilwining yang terkenal di Skotlandia. Kakek dari Darwin ini juga memiliki hubungan dekat dengan kaum Jacobin di Prancis dan Masonik Illuminati yang menaruh kebencian terhadap agama.
Dari Erasmus inilah gagasan-gagasan yang sudah terbentuk kemudian dilanjutkan oleh Darwin. Pada akhirnya Darwinisme telah memberikan justifikasi terhadap rasialisme, genosida dan peperangan.
Paganisme sebagai kepercayaan masa dulu menjadi bagian kepercayaan dan sekaligus bangunan pemikiran Illuminati dan Fremasonry.
Istilah fasisme pertama kali disampaikan oleh Benito Mussolini. Diktator Italia yang mendirikan dan memimpin Partai Fasis Nasional dan sebagai Perdana Menteri Italia.
Dikatakan olehnya, perang adalah satu-satunya yang membawa seluruh energi manusia ke tingkatnya yang tertinggi dan membubuhkan cap kebangsawanan kepada orang-orang yang berani menghadapinya. Dalam pandangan fasisme, siapa pun yang tidak mengikuti kemauan mereka akan diposisikan sebagai musuh.
Dengan demikian tindakan genosida dan peperangan sejalan dengan ajaran Darwinisme yang menjadikan seseorang penguasa berkarakter fasisme.
Pemikiran evolusi Darwinisme juga telah memengaruhi pemikiran Adolf Hitler. Pemikiran itu tertanam semenjak masa kecilnya. Pemimpin Partai Nazi Jerman itu mengatakan bahwa Darwinisme adalah satu-satunya dasar bagi Jerman yang sukses.
Hal itu terdapat dalam bukunya yang terkenal, “Mein Kampf” (My Struggle). Gagasan evolusi tersebut menjadi dasar dari semua sikap dan tindakannya. Menurut keyakinannya ras yang lebih tinggi akan selalu menaklukkan ras yang lebih rendah.
Menurutnya, bangsa Arya adalah sebagai bangsa yang superior telah menjadikan penaklukan terhadap semua bangsa lain sebagai suatu kewajiban yang harus dijalanlan.
Sosok Hitler yang sadis tanpa kemanusiaan itu ternyata bagian (agen) dari kelompok Illuminati. Henry Makow dalam bukunya, “Illuminati The Cult That Hijacked the Word” mengatakan bahwa kelompok Illuminati itulah yang mempersiapkan Adolf Hitler dan Partai Nazi guna terciptanya Perang Dunia II sebagai kelanjutan dari Perang Dunia I.
Dikatakan olehnya, Hitler adalah contoh dari bagaimana anti-Semitisme diciptakan.
Sebagai catatan, selain Nazisme, Komunisme dan Zionisme merupakan bentukan kelompok Illuminati untuk menipu dan memanipulasi umat manusia.
Hitler pada awalnya begitu dekat dengan kaum Yahudi dan Komunis, namun tiba-tiba ‘dalam waktu satu malam’, dia menjadi anti-Komunis dan anti-Semit yang demikian kejam.
Penulis buku yang ahli konspirasi dan berdarah Yahudi campuran itu mengungkap korespondensi antara Albert Pike (Grand Commander Freemason Amerika Serikat) dengan Giuseppe Mazzini.
Dalam sebuah suratnya kepada Giuseppe Mazzini tanggal 15 Agustus 1871, Albert Pike meramalkan terjadinya PD III. Dua perang dunia pertama telah terjadi sebagaimana yang diramalkan.
Perang Dunia III pasti digerakkan dengan memanfaatkan perbedaan yang diciptakan oleh para agen Illuminati, antara Zionisme dan para pemimpin Dunia Islam. Perang tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga Islam (Dunia Arab Muslim) dan Zionisme yang diwakili oleh Israel saling menghancurkan.
Panggungnya telah disiapkan yakni di Teluk Persia, Eropa Barat, dan kaukus untuk konfigurasi nuklir yang melibatkan Rusia, Cina, dan Iran melawan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Israel. Rothschild mengendalikan kedua belah pihak.
Yahudi – kita semua – adalah pion dalam permainan catur lebih besar yang didesain untuk mengakhiri peradaban Barat dan membangun Tatanan Dunia Baru dari debu-debu peperangan tersebut.
Dalam tingkatan kosmis, tujuannya adalah untuk membajak dan mengalihkan umat manusia agar melayani Setan dan pengikut-pengikutnya.
Sejalan dengan itu, William T. Still memberikan pendapatnya bahwa terjadinya Perang Dunia III akan dilakukan di Timur Tengah antara umat Islam dan Yahudi Khazar, dan akan menyebabkan perang Armageddon.
Sejurus dengan itu, mantan Presiden Seminari Teologia Dallas mengatakan bahwa Armageddon adalah pertempuran akhir habis-habisan sebagai puncak pertikaian di dunia, yang berpusat di Timur Tengah.
Makow juga mengatakan bahwa Zionisme bersedia mengorbankan seluruh orang Yahudi di Eropa untuk mendirikan negara Zionis. Semua itu dilakukan untuk mendirikan negara Israel dan hanya memungkinkan melalui perang dunia.
Orang-orang Yahudi tidak membutuhkan tanah air nasional akibat Holocaust. Namun, mereka malah dikorbankan dalam Holocaust agar Israel bisa dibangun. Illuminati menjadikan Israel sebagai benteng pertahanan bagi invasi mereka ke dunia Islam. Pada Perang Kemerdekaan tahun 1948, Israel justru tidak mengalami Holocaust. Perang itu sesungguhnya adalah pembersihan rakyat Palestina secara brutal oleh Zionis, menyerupai bencana yang dilakukan Nazi kepada Yahudi.
Jenderal Sir John Bagot Glubb, orang Inggris ketua Legiun Arab (Yordania) menyebut bahwa tahun 1948 adalah sebagai “perang phoney”. Menurutnya, seperti kebanyakan perang, hasilnya sudah ditentukan sejak awal.
Menjadi jelas apa yang terjadi kini di Palestina merupakan kehendak Zionis Internasional guna meneruskan maksud dan tujuan Illuminati. Peperangan dan penjajahan terhadap Palestina merupakan bentuk holocaust alias genosida terhadap bangsa Palestina dan dengan itu ingin menguasai dunia melalui penguasaan atas Timur Tengah.
Menurut Greg Hallett, Hitler adalah Agen Illuminati, yaitu kelompok pemuja ilmu kebatinan yang terdiri atas para bankir sangat kaya yang mengendalikan jaringan perbankan yang saling berkaitan. Kelompok pemujaan ini bermarkas di Kota London.
Hallett mengatakan bahwa Hitler telah dicuci otaknya mulai Februari hingga November 1912 dan dilatih di British Military Psych-Op War School di Tavistock di Devon dan Irlandia.
Dikatakan olehnya bahwa mesin perang membutuhkan perang dan itu berarti mereka butuh didanai, dilatih, dan didukung oleh agen ganda untuk menjadi kambing hitam, boneka, dan musuh boneka mereka. Nazi dibiayai dan dibentuk oleh Bank of England dan perusahaan besar Anglo Amerika bernama Who’s Who yang dikendalikan oleh kelompok Illuminati.
Menurut Hallett, kakek Hitler adalah Nathan Meyer Rothschild. Maria Schickelgruber nenek Hitler, adalah pelayan di rumah Rothschild di Wina ketika ayahnya, Alois dilahirkan ‘dengan penuh ketakutan’ dalam pemerkosaan pemujaan Setan.
Keluarga Rothschild hanya boleh menikahi orang dalam keluarga besar mereka, sehingga mereka memiliki ‘anak-anak haram’ yang berfungsi sebagai agen tanpa nama. Putra Rothschild, Alois Hitler, menikah kali ketiga dengan keponakannya, Klara, yang menjadi ibu Hitler.
Lebih lanjut, perang memang direncanakan beberapa dekade sebelumnya dan disusun sedemikian rupa guna ambisi Zionis Yahudi dari semenjak dulu hingga sekarang.
Penghancuran negara, penghapusan ras dan etnis didahului oleh ajaran Darwinisme dan menjadikan elit beserta komponennya sebagai fasisme. Kesemuanya itu terangkum dalam “The Protocols of the Elders Zion”.
Pada Protokol Dua disebutkan, “perang sedapat mungkin tidak boleh menghasilkan pemisahan teritorial, namun harus menunjukkan pada kedua sisi mengenai ketergantungan mereka terhadap perwakilan internasional kita (yaitu para agen) yang memiliki jutaan mata untuk mengawasi dan tidak dapat dihalangi oleh apa pun.”
Protokol ini menunjukkan bahwa perang itu memang diciptakan dan harus dikendalikan. Pengendalian itu bukan saja oleh elit Zionisme tetapi juga pada organ-organ yang dibentuk mereka. Pada masa kini, organ itu adalah organisasi-organisasi yang dibentuk dan berafiliasi dengan Israel.
Dalam protokol itu disebutkan juga, “Para pemimpin non Yahudi akan dipilih atas kepatuhan mereka yang ketat dan keinginan untuk diatur oleh penasihat. Hal ini telah terjadi, melalui lobi-lobi dan penetrasi elit Zionisme yang dijalankan oleh Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations (CPMAJO) yang menampung empatpuluh sembilan organisasi aktif.
American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) dan American Jewish Committee (AJC) yang begitu fanatik berada di dalam CPMAJO. Keberadaannya memiliki pengaruh penting dalam lobi-lobi dan penetrasi di kalangan Eksekutif dan Kongres AS.
Setiap kandidat Presiden Amerika Serikat harus membuat proposal bagi kepentingan Zionis Internasional. Pada akhirnya Zionis Internasional yang akan menentukan keterpilihan Presiden negara Paman Sam itu.
Protokol Zionis selanjutnya menyebutkan bahwa, “pikirkan secara seksama mengenai keberhasilan yang telah kita rencanakan bagi Darwinisme, Marxisme, Nietzcheisme. Bagi kita orang-orang Yahudi, dalam kapasitas apa pun, harus dapat melihat dengan jelas betapa memecah belahnya arahan-arahan ini bagi pemikiran goyim.” Penyebutan “goyim” adalah ditujukan bagi orang selain Zionis yang dianggap lemah dan bodoh, bahkan ditempatkan sebagai hewan.
Mereka telah menjadikan Darwinisme sebagai teori ilmiah guna pembenaran peperangan dan gonosida. Zionis yang membentuk Karl Mark sebagai Bapak Komunisme dengan pernyataannya “agama adalah candu masyarakat” dan kaum Komunis menempatkan agama sebagai musuh.
Zionis pula yang membentuk Nietzsche yang mengatakan bahwa, “tuhan telah mati” dan mereka yang menggantikan posisi tuhan.
Fasisme sesungguhnya merupakan ideologi yang dibangun menurut hukum rimba sebagaimana diajarkan oleh Darwin. Benih-benih ajaran fasisme masih ada ditemui dan secara tidak langsung menjadi bagian dari pemikiran dan tindakan seseorang dan kelompok.
Tindakan diskriminasi ras dan etnis adalah salah satu contohnya. Tindakan tersebut diciptakan dengan membenturkan keyakinan agama dengan keyakinan agama lain dan termasuk pandangan dan dukungan politik, satu sama lainnya dibenturkan dengan propaganda dan konspirasi tanpa pernah kita sadari.
Illuminati melalui Freemasonnya sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas terjadinya peperangan yang terjadi dan bencana-bencana turunannya. Secret society itulah yang merencanakan dan menggerakkan perang demi perang.
Peperangan diciptakan demi untuk memujudkan tirani pemerintahan dunia sebagaimana mereka konsepsikan, yakni Tata Dunia Baru (Novus Ordo Seclarum). Globalisasi yang kini berlaku adalah bagian dari Proposal Global Zionis Internasional dan itu suatu bentuk neo-imperialisme.
Pada era milenium ketiga ini, ancaman Perang Dunia III sudah di depan mata. Konflik Timur Tengah yang ditandai dengan invasi Israel atas tanah Palestina dan Konflik Laut China Selatan menunjukkan hal itu. Umat manusia berada dalam cengkeraman persekongkolan jahat multigenerasi Zionis yang kini diwakili oleh negara Israel.
Memang, saat ini tidak ada satu pun negara di dunia ini yang mempraktikkan ideologi fasisme, kecuali negara Israel di bawah kekuatan Zionis Internasional.
Darwinisme dan fasisme belum mati. Ajaran Iblis ini harus ditolak dengan sekeras-kerasnya. Tidak terkecuali Zionis Internasional dan Yahudi Israel.
Demikian tulisan ini dibuat sebagai pengingat dan sekaligus deteksi dini bagi kita semua. Semoga bermanfaat adanya.
Pusat Pemikiran Al Fatih, Jakarta, Ahad 11 Agustus 2024.
(ameera/arrahmah.id)