(Arrahmah.com) – Al-Qaeda sebagai gerakan jihad terbesar dan paling cepat pertumbuhan kadernya di seluruh dunia, telah mencengangkan dunia Barat maupun Timur. Pro dan kontra yang mewarnai perjalanan mereka, dijawab dengan amal nyata dan hasil-hasil yang boleh dibilang sangat mengagumkan, dalam cita-cita mengembalikan kejayaan umat Islam, yang telah lama mati suri.
Dalam membela umat yang terdzolimi, Al-Qaeda tidak memilah-milah, contoh paling nyata adalah seruan salah satu pemimpin Al Qaeda Yaman, sheikh Nasser Al-Wahayshi yang memerintahkan untuk mengirim satu batalion pejuang Al Qaeda, untuk memerangi pemberontak Syiah Houthi yang menyerang markas salafy di Dammaj.
Padahal kelompok Salafy adalah penentang keras, dan mencap pejuang Al-Qaeda sebagai khawarij dan sebutan-sebutan yang tidak pantas diucapkan kepada saudaranya. Namun bagi Al-Qaeda itu bukan hal yang menghalangi mereka, untuk membantu saudaranya yang tertindas, hatta memusuhi perjuangan mereka sekalipun. Gambaran inilah yang menunjukkan kematangan dalam berjuang, dan kedewasaan melihat realita bahwa Al-Qaeda hadir memang bukan untuk membela kelompok, atau meninggikan bendera golongan, tapi benar-benar murni berjihad untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi.
Bahkan dalam proses revolusi di Timur-Tengah, sedikit banyak Al-Qaeda ikut andil dalam menumbangkan rezim yang berkuasa. Rilisan-rilisan dukungan terhadap revolusi di Mesir, Suriah dan Libya dari para petinggi-petinggi Al-Qaeda, tersebar di media-media yang dibaca jutaan orang di seluruh dunia, bahkan elemen-elemen Al-Qaeda turut hadir dalam pertempuran menjatuhkan rezim-rezim diktaktor Arab.
Contoh nyata adalah penggulingan Gaddafi yang di dukung oleh Abu Yahya al-Libi, amir Al Qaidah Libya ini telah mendesak ummat Islam di negaranya untuk menggulingkan rezim Muammar Gaddafi dan mendirikan pemerintahan Islam, lapor UmmaNews mengutip laporan Associated Pres (15/3/2011).
Gambaran jihad Al-Qaeda
Jihad dan perjuangan pembebasan umat yang dilakukan Al-Qaidah hari ini, seperti yang digambarkan oleh As-Syahid Sayyid Qutbh dalam karyanya yang sangat fenomenal, tafsir Fi dzilali al Qur’an. Sayyid Qutb mengatakan : ” Tidak ada diantara mereka yang berkata , saat mereka bertanya kenapa mereka berperang: ” kami keluar untuk mempertahankan negeri kami dari ancaman musuh!” atau kami keluar untuk menghalau musuh-musuh kami dari bangsa Persia dan Romawi,” atau ” kami keluar untuk memperluas daerah kami dan mengeruk rampasan yang banyak.”
Mereka berkata, ” Allah mengutus kami agar kami mengeluarkan orang-orang yang Dia kehendaki dari penghambaan hamba kepada penghambaan Allah semata. Dari kesempitan dunia menuju keluasannya. Dari kelaliman agama-agama lain, menuju keadilan agama Islam. Lalu ia mengutus utusannya dengan agama untuk makhluknya. Barang siapa yang menyambut kami, kami akan sambut baik-baik, kami biarkan, tidak akan kami ganggu di tanahnya. Barang siapa yang membangkang, akan kami bunuh hingga kami mati syahid dan masuk surga atau kami mendapat kemenangan yang gemilang.”
Jika memang mereka berjihad untuk menegakkan kalimat Allah, sudah selayaknya orang-orang berakal bangkit dan membela kehormatan kaum muslimin dan bergabung dengan Thoifah Al-Manshurah dalam menegakkan Dien yang tidak ada yang lebih tinggi darinya.
‘Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Karena Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang Telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali Karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah” .( QS Al-Hajj 39 )
Wallahu a’lam
Abdullah di Jakarta
(md/arrahmah.com)