DARAA (Arrahmah.com) – Kota Daraa dalam sepekan terakhir kembali mendapat perhatian dunia. Perlawanan kelompok perlawan yang sebelumnya sudah padam disana, kembali meletup.
Dikutip dari Reuters (1/8/2021), kondisi terkini di Kota Daraa dan sekitarnya semakin mencekam dengan operasi militer penuh oleh pasukan pemerintah.
Pasukan rezim Suriah akhirnya harus kembali lagi ke Daraa dan menutup seluruh akses akses jalan utama yang menghubungkan Suriah-Yordania.
Perlakuan spesial ini dilakukan karena Daraa merupakan kota yang sangat memegang peranan penting dalam bermulanya konflik Suriah.
Berikut beberapa alasan kenapa kota Daraa menjadi penting keberadaannya, yaitu:
1. Lokasi awal mula pemberontakan terhadap Bashar al Asad
Konflik bersenjata di Suriah mulai dikenal luas oleh publik setelah munculnya kelompok militan ISIS yang hampir menaklukkan Suriah serta Irak pada 2014. Meskipun sebenarnya perang sudah membara sejak 2011, hanya sedikit orang yang mengetahui lokasi awal pemberontakan penuh terharap kepemimpinan Presiden Suriah, Bashar al Assad.
Kota Daraa tercatat sebagai titik awal pemberontakan ketika para penduduk lokal melaksanakan protes hingga kerusuhan besar-besaran untuk mendesak Assad mengundurkan diri dari jabatannya, seperti yang dilansir BBC. Presiden Asad menjawab protes tersebut dengan mengirim pasukan keamanannya ke Daraa, yang kemudian bertindak represif terhadap masyarakatnya sendiri untuk meredam kerusuhan.
Berita kebrutalan aksi yang dilakukan pasukan keamanan Asad di Kota Daraa akhirnya tersebar luas sehingga aksi protes anti-pemerintah mulai menjamur ke berbagai kota di Suriah. Pihak oposisi dan kaum muslimin dari berbagai belahan dunia termasuk ISIS lalu berdatangan untuk melakukan perlawanan terhadap rezim Suriah.
2. Ditaklukan pasukan rezim pada 2018
Sepak terjang kelompok perlawanan Suriah yang sering dikenal sebagai Free Syrian Army (FSA) pada awal 2011 hingga 2015 terbukti efektif karena hampir menjatuhkan kekuasaan Bashar al Assad. Namun dengan kedatangan bantuan militer Rusia di 2015, pasukan pemerintah Suriah yang hampir kalah ternyata berhasil membalikkan keadaan.
Pasukan rezim mulai melancarkan serangan penuh untuk menguasai kembali daerah yang sebelumnya telah diambil alih FSA. Serangan udara strategis yang dilakukan Angkatan Udara Rusia serta bantuan milisi Syiah Iran, sukses mendukung operasi tempur militer Suriah di Provinsi Daraa yang berlangsung sekitar satu bulan.
Di sisi lain, tanpa adanya bantuan asing, FSA yang terus dipukul mundur di Provinsi Daraa mulai semakin terdesak, seperti dilaporkan VOA. Mereka akhirnya menyerah pada Juli 2018 dan bersedia direlokasi ke Idlib setelah pasukan pemerintah melancarkan operasi militer besar-besaran.
3. Bukti kegagalan rekonsiliasi rezim Asad
Sebagai lokasi utama penyebab konflik bersenjata di Suriah, Provinsi Daraa menjadi salah satu daerah yang paling sulit dikontrol oleh pemerintah Suriah hingga hari ini.
Berbagai bentuk rekonsiliasi perdamaian telah ditempuh Presiden Asad demi mendapat loyalitas penduduknya yang telah lama menjadi oposisinya tersebut.
Melansir The Washington Institute, memuncaknya kembali konflik antara pemerintah dan pihak oposisi di Kota Daraa baru-baru ini, merupakan sebuah bukti konkret bahwa kebijakan rekonsiliasi rezim Asad telah gagal. Dengan demikian, legitimasinya sebagai pemenang perang saudara Suriah belum dapat diakui secara penuh.
Kegagalan rekonsiliasi di Kota Daraa akan menjadi pembelajaran penting bagi pemerintahan Asad apabila suatu saat nanti mereka berhasil menaklukkan Provinsi Idlib yang saat ini masih dikuasai oleh FSA.
Belum diketahui pasti kapan pasukan pemerintah Suriah dan sekutunya akan melancarkan serangan baru terhadap Idlib. Namun, dengan memanasnya Kota Daraa maka dalam waktu dekat semua mata tertutuju ke selatan. (hanoum/arrahmah.com)