Tepat pukul 13.00, puluhan anak menerobos pintu dapur umum Sultan Khasiki, dengan memegang panci atau wajan.
Dikirim oleh keluarga mereka, mereka berdesak-desakkan untuk berada di posisi terdepan dengan memegang wadah, berharap mereka mendapatkan ayam dan sup untuk berbuka puasa nanti.
Ini adalah ritual harian di jantung Kota Lama Yerusalem, dan untuk ratusan keluarga bukan hanya terjadi di bulan Ramadhan. Wakaf Al Aqsa telah mengisi ratusan mangkuk keluarga miskin selama 450 tahun dibantu dengan donasi dari keluarga mampu.
Dapur sup ini dibangun pada tahun 1550-an oleh istri Sultan Sulaiman I, Sultan Khasiki. Dengan sebuah panti asuhan dan sekolah, mereka menawarkan banyak mantan pelajar di Yerusalem termasuk Dr. Yusuf Natsheh. Kini seorang sejarawan dengan Wakaf Al Aqsa menulis secara rinci mengenai Sultan Khasiki.
Dia mengatakan kepada CNN, “Pada awal abad 16, saya perkirakan sekitar 550 orang mendapatkan sup dua kali sehari dan terkadang daging dan beras. Memberi makan kepada mereka yang membutuhkan sangat utama bagi seluruh dunia Islam.
Inti dari bangunan tidak banyak berubah hampir lima abad, tetapi telah dibangun gedung-gedung tambahan. Yang paling menonjol, cerobong asap dibuat di atas dapur.
Dapur kini disesaki oleh anak-anak. Koki mengatakan setiap anak merupakan perwakila sebuah keluarga. Arsitektur indah dan bernilai sejarah tidak terlalu berpengaruh bagi anak-anak, tapi bagi orang dewasa yang datang mereka akan mengaguminya.
Seorang ulama yang baru saja selesai sholat di Mesjid Al Aqsa datang untuk mengambil makanan sebelum kembali kerumahnya di Tepi Barat. Ia mengatakan makanan seperti ini penuh berkah. “Saya telah mendatangi tempat ini selama satu tahun dan saya sangat berterimakasih kepada orang-orang yang bekerja di dalamnya dan kebaikan antara Muslim.”
Dr. Natsheh berkata, “Ada dimensi sosial melekat di tempat ini dan orang-orang akan terus mengingat tentang rasa manis sup yang dibagikan secara gratis dalam kenangan mereka.” (haninmazaya/arrahmah.com)