HERAT (Arrahmah.id) — Krisis kekurangan tenaga pengajar dan dosen menimpa Universitas Herat, salah satu universitas terbesar di Afghanistan. Tak kurang ratusan tenaga pengajar sekolah itu telah sejak tahun lalu dan adanya kebijakan baru dari Taliban.
Mantan rektor universitas, Abdullah Faiz, seperti dilansir Amu TV (7/12/2022), mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan eksodus massal tersebut karena adanya ancaman terhadap keamanan mereka, masa depan yang tidak pasti, pemotongan gaji, serta larangan anggota tiga kelompok terlarang untuk beraktivitas di Afghanistan.
“Setelah Taliban mendapatkan kembali kekuasaan, 300 dari 490 dosen [Universitas Herat] ini telah meninggalkan pekerjaan dan bermigrasi ke luar negeri selama sepuluh bulan terakhir,” kata Faiz.
“Lebih dari 90 persen profesor perguruan tinggi bergelar Magister dan Doktor, dan dari 237 dosen yang pergi ke luar negeri untuk meraih gelar Magister, lima di antaranya telah kembali ke Tanah Air,” imbuhnya.
Aziz-u-Rahman, seorang dosen di Universitas Herat, mengatakan kepada Amu TV bahwa krisis kekurangan pengajar ini memuncak ketika penjabat menteri pendidikan tinggi Taliban, Neda Mohammad Nadeem mengatakanbahwa tidak boleh ada pengajar yang menjadi anggota kelompok terlarang di Afghanistan.
Sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada Amu TV bahwa sejumlah besar mahasiswa dan dosen di Universitas Herat adalah anggota Hizbut Tahrir, Jamiat Eslah, dan Najm Foundation yang telah dilarang oleh Taliban.
“Setelah perkembangan terakhir itu, semua dosen profesional kami telah meninggalkan negara itu. Kementerian Pendidikan Tinggi harus merekrut guru besar pengganti ini,” katanya.
Wahab Sediqi, mantan profesor universitas yang telah bermigrasi ke AS, mengatakan: “Tidak mudah menemukan pengganti dosen di Afghanistan, dan ini tidak dapat diperbaiki.”
Menyoroti masalah tersebut, mahasiswa Universitas Herat mengatakan bahwa kualitas pendidikan di universitas telah menurun secara signifikan, yang membuat mahasiswa enggan melanjutkan pendidikannya.
Pengangkatan dosen non-profesional dan underqualified dilaporkan menjadi penyebab penurunan kualitas.
“Masalah utama di Universitas Herat adalah kekurangan profesor. Secara keseluruhan, kami tidak memiliki profesor, dan jika ada, mereka tidak profesional dan tingkat akademiknya rendah. Selain itu, kami juga tidak memiliki ruang kelas yang cukup untuk belajar, terkadang kelas kami dilakukan di luar,” ujar salah satu siswa, Rahmatullah.
Basir Rezai, mahasiswa lain di universitas tersebut, juga membenarkan bahwa kualitas pendidikan yang diberikan saat ini buruk dan dosen yang tidak berpengalaman telah dipekerjakan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh staf yang meninggalkan negara tersebut.
Menurut statistik, sekitar 70 persen dosen Universitas Herat telah bermigrasi ke luar negeri.
Universitas Herat adalah lembaga akademik terbesar kedua di Afghanistan setelah Universitas Kabul. Fakultas pertama universitas adalah Fakultas Sastra dan Humaniora, yang dimulai pada tahun 1988. Saat ini, universitas memiliki 17 fakultas dan menawarkan 75 program studi.
Universitas ini menampung sekitar 14.000 mahasiswa dan 366 dosen sekarang. (hanoum/arrahmah.id)