DAMASKUS (Arrahmah.id) — Ibukota Suriah, Damaskus, pernah menjadi jantung dari Timur Tengah dan pusat perdagangan selama 5.000 tahun, bahkan lebih.
Dikutip dari situs Britannica, pada 1979, kota ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu kota tertua di dunia yang didirikan pada sekitar 3.000 tahun SM.
Kota ini telah melalui banyak sekali pergantian kekuasaan mulai dari Kerajaan Romawi, Yunani, Bizantium, hingga Assyria. Islam sendiri mulai datang ke Damaskus sejak pemerintahan khalifah Umar bin Khattab.
Damaskus telah menjadi saksi atas jayanya peradaban Islam. Sebagai penerus masa Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah menjadikan kota ini sebagai peradaban umat Islam.
Pada tahun 661, pendiri Dinasti Umayyah yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan, memindahkan ibu kota dari Madinah ke Damaskus.
Kota ini terus berkembang pesat, hingga 707, berdiri sejumlah rumah sakit yang menjadi pusat studi kedokteran pertama. Pencapaian ini tidak lepas dari dukungan Khalifah Walid bin Abdul Malik.
Setidaknya, sampai pada abad ke-13, ada 30 rumah sakit di Damaskus. Bahkan, perpustakaan publik pertama juga berdiri di Damaskus pada 704, yang diusulkan oleh Khalifah bin Yazid, cucu pendiri Dinasti Umayyah.
Di perpustakaan ini, segala kegiatan intelektual berlangsung. Banyak aktivitas filologi kesusastraan Arab hingga kajian Ilmu Hadis, Fiqih, Kalam, dan Sejarah.
Damaskus berkembang pesat hingga mencapai masa keemasan pada tahun 1154, ketika Sultan Nuruddin berkuasa. Di eranya, banyak masjid, madrasah, sampai pusat kesehatan publik yang dibangun untuk menunjukkan bukti pencapaian peradaban Islam. Kekuatan militer negara juga meningkat.
Pada saat itu juga, Sultan Nuruddin mendirikan pusat studi Hadis pertama yaitu, Dar al-Hadits. Madrasah ini dibangun khusus bagi Mazhab Maliki. (hanoum/arrahmah.id)