DEIR EZZOR (Arrahmah.id) — Dalih memerangi kelompok militan Islamic State (ISIS), milisi Iran justru memaksakan kendali dan menyebarkan Syiah di Deir ez-Zor sejak tahun 2017.
Dilansir North Press Agency (21/6/2023), melakukan perekrutan paksa pemuda dan anak-anak agar bergabung dengan kekuatan mereka. Selain itu Iran juga membangun kuil-kuil Syiah di wilayah yang didominasi muslim.
Mereka juga mulai membuka pusat-pusat kebudayaan Iran dalam upaya mempromosikan Syiah meskipun warga muslim banyak yang menolak Syiah. Namun karena kondisi keuangan yang memburuk dari beberapa individu warga, sebagian akhirnya seolah-olah membiarkan dan mendukungnya demi kepentingan perekonomian.
Milisi Iran yang mengontrol wilayah Deir ez-Zor seperti Liwa Zainebiyoun, Liwa Abu al-Fadhal al-Abbas, Liwa Hashemiyoun, Haydariyoun, Liwa al-Quds, Hizbullah Irak, dan Pasukan Mobilisasi Populer memiliki hubungan kuat dengan Garda Revolusi Iran.
Kehancuran ekonomi dan psikologis akibat perang di Suriah, telah membuat warga tidak bisa memilih ketika datang bantuan yang mempunyai kepentingan politik tertentu. Sehingga, banyak suku yang akhirnya terpaksa mendukung gerak para milisi syiah ini.
Dengan adanya dukungan sejumlah suku itu, hingga kini ada 30 pusat perekrutan milisi Syiah di Deir ez-Zor yang fokus mengincar pemuda dan anak-anak untuk bergaung dengan kekuatan tempur mereka.
Menurut sumber lokal kepada North Press, para pemimpin dan tokoh suku yang yang tunduk pada komando Iran akhirnya membentuk brigade pembantu IRGC. Namun tidak ada satu pun warga lokal yang diberikan kekuasaan untuk memimpin kekuatan itu. Acapkali justru mereka dijadikan sebagai perisai manusia dan untuk melakukan tugas-tugas tertentu, seperti melakukan operasi penyisiran di Gurun Suriah, berperang melawan ISIS, atau berjaga di kilang minyak dan pangkalan militer.
Untuk memikat kaum perempuan setempat, para milisi Syiah ini membentuk Batalyon al Zahra. Sebagian diberikan kursus perawatan dan menjahit, sebagian lainnya dipekerjakan di pusat-pusat budaya Syiah.
Iran juga menargetkan ratusan anak di Deir ez-Zor untuk pindah agama dan mengirim beberapa dari mereka ke pusat Syiah di Najaf dan Karbala, di Irak. Anak-anak itu dibujuk dengan hadiah uang dan perjalanan gratis ke tempat suci Syiah.
Masih menurut sumber North Press, selain hal di atas, milisi Iran juga memperluas investasi ekonomi dengan dengan melakukan penyelundupan narkotika dan artefak lainnya.
Milisi Iran membawa narkoba dalam jumlah besar dari Irak dan Lebanon, menggunakan kendaraan militernya untuk menghindari pemeriksaan. Biasanya, obat-obatan diangkut ke pusat-pusat Garda Revolusi Iran, kemudian didistribusikan ke pengedar di wilayah tersebut. Setelah itu mereka sebar ke penjual anak dan apotek untuk dijual secara terbuka.
Firas al-Jaham, pemimpin Pasukan Pertahanan Nasional, dianggap sebagai salah satu pengedar narkoba terbesar di wilayah tersebut. Dia adalah tangan kanan Garda Revolusi Iran, yang memasok obat-obatan dalam jumlah besar dengan harga murah untuk didistribusikan ke dealer dan dijual di wilayah tersebut.
Para pemimpin agama syiah seperti Samer Sofan, Hussein al-Raja, Yassin al-Maayouf dan Mullah Saleh al-Obaid, Mufti Abu Kamal menjadi tokoh penting yang mengubah Deir ez-Zoar menjadi beratmosfir Syiah.
Orang-orang ini membantu membuka beberapa kuil Syiah. Tak kurang 5 kuil syiah didirikan di kota Hatlah, yang saat ini merupakan pusat Syiah Iran disana. Mereka juga membangun satu di kota Abu Kamal dan kuil Syiah Qasem Suleimani hussainiya di al-Mayadin. Adapun kuil Syiah di Deir ez-Zor, yang terpenting adalah kuil Ain Ali di gurun al-Quriya dan kuil Qubat Ali di pedesaan Abu Kamal, selain beberapa makam dan mausoleum “palsu”. (hanoum/arrahmah.id)