SANA’A (Arrahmah.id) – Komandan angkatan udara Houtsi yang kedua diyakini telah tewas akibat luka-luka yang disebabkan oleh serangkaian ledakan besar di pangkalan yang dikuasai milisi di provinsi tengah Marib pekan lalu.
Houtsi mengatakan pada Senin (7/8/2023) bahwa Mayor Jenderal Mohammed Hussein Saleh Al-Hamasi, mantan komandan Brigade Pertahanan Udara ke-140, telah meninggal, tetapi tidak menjelaskan bagaimana atau di mana.
Al-Hamasi adalah pemimpin militer kedua dari divisi yang sama yang tewas dalam waktu kurang dari sepekan, lansir Arab News (8/8).
Pada Ahad, diumumkan bahwa Ahmed Ali Al-Hamzi, komandan Angkatan Udara dan Pasukan Pertahanan Udara milisi tersebut, telah meninggal setelah “menderita sakit.”
Kemudian, kantor berita SABA yang dikendalikan Houtsi melaporkan bahwa ia meninggal karena komplikasi dari cedera sebelumnya.
Para pejabat pemerintah Yaman dan analis militer mengatakan bahwa kedua pemimpin Houtsi tersebut terluka parah dalam serangkaian ledakan yang melanda pangkalan yang dikuasai milisi selama uji coba senjata di distrik Serwah, Marib, pekan lalu.
Komandan senior Houtsi lainnya juga diyakini terluka parah.
Muammar Al-Eryani, Menteri Informasi Yaman, mengatakan bahwa Houtsi sedang menguji coba persenjataan baru di lokasi Serwah, dan bahwa para ahli militer dari Iran dan milisi “Hizbullah” Libanon juga terbunuh.
Menteri Yaman menuduh Houtsi menyalahgunakan gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB untuk mengisi kembali persenjataan mereka dengan persenjataan canggih dari Iran, mengumpulkan unit-unit militer baru di garis depan, merekrut anak-anak, dan mempersiapkan diri untuk kembali berperang.
“Komunitas internasional, PBB, dan anggota tetap Dewan Keamanan menuntut agar mereka memenuhi tanggung jawab hukum mereka dengan mengutuk dan menghadapi kegiatan teroris rezim Teheran dan perannya dalam merongrong upaya untuk menenangkan dan membawa perdamaian ke Yaman, serta memberikan tekanan nyata terhadap milisi Houtsi,” kata Al-Eryani di X.
Gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB mulai berlaku tahun lalu, yang menghasilkan penurunan yang cukup besar dalam pertempuran di titik-titik rawan di seluruh Yaman.
Namun, warga Yaman mengatakan bahwa Houtsi terus melakukan latihan militer, memobilisasi personil di luar Taiz dan Marib, menyelundupkan senjata dari Iran, meluncurkan rudal dan pesawat tak berawak ke wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah, serta menargetkan fasilitas-fasilitas minyak di Yaman selatan.
Brigjen Mohammed Al-Kumaim, seorang analis militer Yaman, mengatakan kepada Arab News pada Selasa (8/8) bahwa Houtsi sedang menguji coba sebuah rudal di sebuah lokasi militer di wilayah Hab di Serwah ketika ledakan awal terjadi. (haninmazaya/arrahmah.id)