KAIRO (Arrahmah.com) – Mesir telah menjual hampir setengah dari tanah yang diperuntukkan untuk tahap pertama dari sebuah proyek besar untuk mengembangkan ibukota baru yang terletak 50 km sebelah timur Kairo, seorang pejabat di gedung perusahaan milik negara mengatakan, dikutip Reuters, Kamis (5/12/2019).
Kota yang belum disebutkan namanya itu sedang dibangun di padang pasir oleh sebuah perusahaan yang dimiliki 51% oleh militer dan 49% oleh Kementerian Perumahan.
Pemerintah mengatakan ingin memulai menjalankan Mesir dari kota baru secepat pertengahan tahun depan. Tetapi proyek senilai $ 58 miliar ini telah menghadapi tantangan lain setelah beberapa investor menarik diri.
“Fase pertama adalah 40.000 feddans (168 km persegi), di mana 17.500 feddans telah terjual sejauh ini. Kami berencana untuk menjual 6.000 feddans (lebih banyak) pada Juni 2020,” kata Magdy Amin, kepala sektor real estate di perusahaan tersebut, yang disebut Ibukota Administratif untuk Pembangunan Perkotaan (ACUD).
Sebagian besar tanah telah dijual kepada pengembang real estate.
Dikenal untuk saat ini sebagai Ibukota Administratif Baru, pemerintah mengharapkan kota menjadi 700 km persegi setelah selesai, seukuran Singapura.
Fase pertama akan mencakup kementerian dan bangunan pemerintah lainnya, kawasan diplomatik dan bisnis serta lingkungan perumahan.
Diumumkan pada sebuah konferensi ekonomi pada tahun 2015, kota baru itu diperkirakan untuk menggantikan Kairo, ibukota yang berada di Sungai Nil yang telah menjadi kota yang padat lalu lintas dan padat penduduk lebih dari 20 juta orang.
Diluncurkan setahun ke kepresidenan Abdel Fattah al-Sisi, proyek ini bertujuan untuk menawarkan basis yang bersih dan efisien bagi pemerintah dan industri keuangan, serta rumah bagi setidaknya 6,5 juta orang. (Althaf/arrahmah.com)