IDLIB (Arrahmah.com) – Dalam dua bulan terakhir tercatat lebih dari 500.000 orang meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri dari eskalasi militer yang diluncurkan rezim Asad dan sekutunya di Idlib, ungkap PBB ada Selasa (4/2/2020).
“Sejak 1 Desember, sekitar 520.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka, di mana 80 persen dari mereka adalah perempuan dan anak-anak,” ujar David Swanson, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, sebagaimana dilansir Al-Jazeera.
Menurut Swanson gelombang pengungsi terbaru ini merupakan yang terbesar sejak konflik meletus di Suriah pada 2011. Dia juga menambahkan bahwa situasi kemanusiaan semakin parah sejak pemindahan lebih dari 400.000 orang pada akhir April hingga Agustus.
Swanson mengatakan PBB khawatir dengan nasib lebih dari tiga juta orang yang tinggal di provinsi Idlib dan daerah sekitarnya.
Sabtu lalu, UNICEF, badan anak-anak PBB, mengatakan peperangan telah memaksa 6.500 anak-anak melarikan diri setiap hari, dan diperkirakan 1,2 juta anak-anak terjebak di tengah krisis makanan, air dan obat-obatan yang tengah melanda Suriah.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 50 fasilitas kesehatan telah menangguhkan layanan mereka pada 31 Januari.
“Situasi saat ini di barat laut Suriah, ditandai dengan kurangnya akses dan obat-obatan, kebersihan yang tidak memadai, kekacauan dan perpindahan massal, menimbulkan risiko signifikan wabah campak, diare dan penyakit lainnya,” kata Rick Brennan, direktur darurat regional WHO.
“Suriah Barat Laut merupakan salah satu krisis kemanusiaan paling parah di dunia, di mana warga sipil menanggung penderitaan yang luar biasa,” tambahnya.
Dia juga menyerukan “komitmen internasional yang baru untuk mengakhiri krisis yang berkepanjangan dan menghancurkan di Suriah”. (rafa/arrahmah.com)