RAQQA (Arrahmah.com) – Sedikitnya 100 warga sipil telah terbunuh dalam 48 jam terakhir oleh serangan udara yang dilancarkan pasukan koalisi salibis pimpinan AS di Raqqa, Suriah.
Warga mengatakan kepada Al Jazeera pada Selasa (22/8/2017) bahwa sedikitnya 100 warga sipil telah terbunuh sejak Ahad (20/8), dengan 55 warga sipil terbunuh di lingkungan Bedou dan Al-Sukhani pada Senin (21/8).
Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, menempatkan jumlah korban tewas pada Senin (21/8) sebanyak 42 orang termasuk 19 anak dan 12 perempuan dan mengatakan bahwa 27 lainnya tewas pada Ahad (20/8), lansir Al Jazeera.
“Korban sangat tinggi karena serangan udara menghantam lingkungan di pusat kota yang padat penduduknya,” ujar Direktur SOHR Rami Abdurrahman kepada kantor berita AFP.
“Ada bangunan yang dipenuhi warga sipil yang berusaha menjauh dari garis depan.”
“Serangan udara koalisi menargetkan bangunan apa pun yang diklaim terdeteksi pergerakan pejuang ISIS,” lanjutnya.
Awal bulan ini, kelompok Dokter Tanpa Perbatasan atau yang dikenal dengan singkatan MSF dalam bahasa Perancis, melaporkan bahwa makanan dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk merawat korban yang terluka tidak banyak jumlahnya.
“Di kota Raqqa, jika Anda tidak mati karena serangan udara, Anda akan mati oleh tembakan mortir, jika tidak oleh mortir maka oleh tembakan penembak jitu, jika bukan oleh penembak jitu, maka oleh alat peledak,” ujar pernyataan MSF mengutip pernyataan pria berusia 41 tahun yang melarikan diri dari Raqqa setelah kehilangan tujuh anggota keluarganya dalam gempuran di kota tersebut.
“Dan jika Anda bisa hidup, Anda akan dikepung oleh rasa lapar dan haus, karena tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada listrik.”
Namun meskipun fakta di lapangan mengungkap banyaknya warga sipil yang menjadi korban, koalisi salibis pimpinan AS yang beroperasi di Suriah dan Irak, mengklaim bahwa pihaknya melakukan semua “upaya” untuk menghindari korban sipil. (haninmazaya/arrahmah.com)