GAZA (Arrahmah.id) – Direktur kantor media pemerintah Gaza membantah klaim “Israel” bahwa 17 anggota Hamas tewas dalam serangan terhadap sebuah sekolah PBB yang menjadi tempat penampungan warga Palestina yang mengungsi secara paksa.
Serangan “Israel” pada 6 Juni lalu, yang menargetkan sekolah yang terletak di daerah Nuseirat, Gaza tengah, menewaskan sedikitnya 45 orang Palestina, termasuk beberapa anak-anak. Sebagian besar korban dibawa ke Rumah Sakit Martir Al Aqsa yang terletak tak jauh dari sekolah tersebut.
Militer “Israel” menuduh bahwa sekolah tersebut digunakan sebagai basis militan dan para pejuang Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ) menggunakan ruang kelas untuk merencanakan dan melakukan operasi melawan “Israel”.
Setelah serangan tersebut, seorang juru bicara militer “Israel” mengatakan pada Kamis bahwa ia “tidak mengetahui adanya korban sipil” akibat serangan tersebut. Pada Jumat, militer merilis nama-nama delapan anggota Hamas dan PIJ yang terbunuh, sehingga jumlah pejuang yang tewas menjadi 17 orang.
Menurut situs berita Arabi21, direktur kantor media pemerintah Gaza mengkritik klaim “Israel” tersebut dan dengan cepat membantahnya.
“Tentara pendudukan ‘Israel’ menyebarkan informasi palsu, kebohongan dan menyesatkan opini publik dengan mempublikasikan nama-nama orang yang diklaimnya telah terbunuh dalam pembantaian Nuseirat. Daftar tersebut mencakup orang-orang yang masih hidup, dan orang-orang yang terbunuh di daerah dan lokasi yang berbeda, bukan di Nuseirat,” katanya.
Direktur tersebut menambahkan bahwa daftar nama yang dipublikasikan oleh militer “Israel” berisi tiga orang yang masih hidup, dengan salah satu dari mereka telah tinggal di luar negeri selama bertahun-tahun, tidak lagi tinggal di Palestina.
Orang lain dalam daftar tersebut, katanya, dibunuh di lokasi lain dan pada tanggal yang berbeda, termasuk Jamil Al-Maqadmeh, yang meninggal karena sebab alamiah pada 2017.
“Kami mengutuk narasi palsu media ‘Israel’ yang membenarkan kejahatan brutal penjajah,” katanya, seraya menambahkan bahwa AS juga bertanggung jawab atas “kejahatan yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina”.
Sekitar 6.000 orang tinggal di sekolah tersebut, menurut Philippe Lazzarini, direktur badan bantuan PBB untuk pengungsi, UNRWA.
Serangan tersebut menyebabkan kehancuran yang meluas dan melukai puluhan warga sipil secara kritis.
UNRWA telah menyerukan penyelidikan atas serangan tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)