PARIS (Arrahmah.com) – Polisi Perancis pada Jum’at (1/8/2014) menangkap seorang pria Perancis-Maroko. Ia digambarkan sebagai “militan Islam” di bandara internasional Roissy karena dicurigai terkait konspirasi untuk melakukan serangan di Perancis, sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (2/8).
Nama dan usia pria itu tidak dipublikasikan. Ia baru turun dari pesawat tiba dari Istanbul setelah dideportasi oleh Otoritas Turki, seperti yang dikatakan Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan.
Para pria itu mendekam di tahanan polisi menunggu tuntutan resmi. Seorang hakim sebelumnya telah membuka penyelidikan awal untuk menentukan apakah orang itu bagian dari konspirasi untuk melakukan serangan, kata pernyataan itu.
Tersangka dalam kasus yang berkaitan dengan teror dapat ditahan hingga 96 jam tanpa dikenakan tuduhan formal.
Pernyataan itu tidak mengatakan dari mana orang itu telah melakukan perjalanan sebelum mencapai Turki, yang merupakan stasiun transit umum untuk kebanyakan “militan” Islam Eropa dalam perjalanan ke Suriah.
Ribuan pejuang asing, banyak dari Eropa Barat, telah bergabung dengan kelompok Islam yang mengikuti pertempuran di Suriah dan Irak, sebagaimana yang sering dikatakan AS dan perkiraan intelijen Eropa.
Ketakutan bahwa “militan” kembali dari Suriah bisa melakukan serangan di Barat yang meningkat pada bulan Juni. Seperti ketika seorang pria yang telah berjuang di Suriah ditangkap karena dicurigai membunuh empat orang di sebuah museum Yahudi di Brussels.
Perancis memperkirakan sekitar 800 warganya telah meninggalkan negaranya untuk bergabung dengan kelompok Islam di Suriah. Dengan demikian, pemerintah mengatakan bulan ini akan melarang individu terkait dengan kelompok-kelompok Islam radikal dari meninggalkan negara itu untuk pencegahan serangan tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada rincian lebih lanjut dari Kementerian Dalam Negeri Perancis. (adibahasan/arrahmah.com)