JAKARTA (Arrahmah.com) – Sofyan Tsauri alias Abu Ayyas telah divonis 10 tahun penjara oleh PN Depok, Rabu (19/1) lalu dengan tuduhan membantu dan melatih sejumlah mujahidin melakukan I’dad (latihan militer) di wilayah Nangroe Aceh Darussalam. Tabloid dan situs Suara Islam menurunkan artikel berjudul “Dan Tsauri pun Tertunduk Lesu” pasca dijatuhkannya vonis kepada Sofyan. Berikut curahan hati Sofyan Tsauri dari balik jeruji besi kepada Arrahmah.com.
Nampak sekali kedengkian dari penulis di Tabloid ini, sedikitpun mereka tidak mengenal ana (Sofyan, red). Ibarat orang yang menilai rumah tangga orang lain. Berkomentar ke sana kemari tetapi tidak sedikitpun manfaat. Begitupun kehidupan mujahidin hari ini, sedikit pun mereka tidak tahu apa-apa, kecuali orang-orang menceburkan dalam ma’rokah berpeluh keringat, berkalang debu dan tanah, bermandi darah. Sungguh mereka adalah mukhodzilun (penggembos) dan murjifun (pencacat), murjiah zaman ini. Semoga Allah mengampuni, menunjuki mereka.
Mereka tidak memahami tabiat perlawanan, kitman, dan siyasah…sungguh jahil terhadap waqi, dan tidak memahami bahwa ada di kalangan ummat yang sedang terdzolimi, tertawan, yang bilamana jika kami lantang sebagaimana pada awal sidang justru merugikan ikhwah-ikhwah lain. Ana kadang bingung apa mau orang-orang ini…kita zhaharkan dakwah perlawanan ini maka ikhwah yang sedang tertawan berteriak “akhi tahan lisan antum nanti kami yang berat.” Ketika kami diam maka mereka anggap kami pengecut…sungguh jahat dan nampak kebencian mereka…wal ‘iyadzu billah.
Saat ketika kami mendekati tamkin futuhat (kemenangan, red) mereka akan faham, bahwa tegaknya dien ini hanya dengan darah, serpihan daging, hancurnya tulang-tulang kami…menghadapi mereka saya akan mengambil dari Imam Ahmad dan Ibnu Taimiyyah menghadapi ahlul bid’ah. Demi Allah, antara kami dan kalian adalah hari kematian. Nanti akan diselesaikan dihadapan Allah kelak siapa yang dusta.
Atau kalau kata Imam Ali kepada orang-orang di sekitarnya waktu itu : Antum syaja’ah wa lakin la ta’rif siyasah..kalian berani tapi tidak tahu bagaimana berstrategi . BAP ini harus kita tolak sebagai bentuk perlawanan…dalam sidang berikhtiyar kita harus optimal. Walaupun kita sudah faham bahwa ini semua adalah paket dari sananya.
Ana tegaskan kepada yang memberitakan pertama kali bahwa ketika saya di Solo menawarkan uang Rp. 500 juta, itu adalah dusta, dan segeralah bertaubat. Dari pada saya tawarkan uang itu kepada Ustadz-Ustadz di Solo Rp. 500 juta lebih baik saya gunakan belanja RPG, RPK, RPD, M203 Granada Lhouncher di Thailand dan Kamboja.
Ana itu di sana sudah tidak mau menyampaikan tausiyah tapi dipaksa Ustadz Ardyansyah, dan Cepy, mereka ngotot..padahal kita ga niat ke Solo, Cuma ke Salatiga mengantar dagangan. Mampir ke Solo tapi Cepy tidak ada, eh kok diantar ke pesantren-pesantren di suruh taushiyah.
Untuk surat yang di atas meja, wallahi saya tidak tahu, tidak sadar, mungkin saya terlupa…ini bukan sengaja…hanya Allah yang tahu. Waktu itu saya bilang kepada mereka “Jika antum ga nyaman dengan saya yang mantan polisi, silahkan boleh meninggalkan saya, jika antum nyaman silahkan tinggal. Mudah-mudahan bermanfaat.”
Bagaimana kami akan mau dipaksakan mengikuti apa kata mereka yaitu dari kalangan murjiah plus qoidun, sementara mereka makan dari berita-berita kami , cari nama di atas pendertitaan kami, menari di atas keringat dan darah kami, sementara mereka cuma duduk-duduk saja, bersantai di kantor yang ber-AC, paling diamplopin. Duduk di kursi yang empuk…datanglah kalian kemari, lihat kondisi kami, kami yang sudah 1 tahun di sini, kekurangan sabun, odol, dan sikat gigi, badan kami kurus karena kurang gizi, sakit-sakitan karena kurang olah raga, anak-anak dan istri makan dari belas kasihan orang lain dan ngutang-ngutang di warung. Datanglah kalian kemari, bebaskan kami tawanan Muslim, bantu kami, bantu istri-istri kami, jangan jelek-jelekkan kami lagi. Atau doakan saja kami, atau jika ini tak mau, ‘falyaqul khairan aw liyasmut’.
Jika mereka tidak mampu beramal seperti kami, maka doakanlah kami, jika mereka enggan berdoa kepada kami, tahan lisan-lisan kalian dalam memusuhi kami, karena permusuhan dan kebencian mereka tidak akan bermanfaat, bukankah Allah katakana :
” ya ayuhallaadzina amanu intansurullah wayan surkum wayutsabit aqdamakum” (Muhammad : 7)
dan lisan-lisan kalian tidak bermanfaat karena nabi kami tercita telah katakan :
“La yadhuruhum man kholafahum wala man khodzalahum hatta taqumussa’ah…”
Sejahat dan sehebat permusuhan mereka kepada kami, toh kami tidak marah. Kami justru cinta dan sayang kepada kaum Muslimin, ini karena sebab mereka adalah kaum yang tidak mengerti.
Mudah-mudahan Arrahmah.com mau menerbitkan apa yang saya sampaikan ini. Demikian saja, aqulu qaulu hadza fastaghfiruhu innahu huwal ghofurur rahim…sholallah ala rasulina muhamadin sholallahu alaihi wa salam.
Wassalamu’alaikum.wr.wb!
Muhammad Sofyan Tsaury Abu Ayyash
(M Fachry/arrahmah.com)