GAZA (Arrahmah.id) – Sebuah unggahan dari jurnalis Gaza, Motaz Azaiza, yang ditafsirkan sebagai kritik terhadap Hamas telah menyebabkan perpecahan di antara para pengikutnya yang setia mengikuti ulasannya terkait perkembangan Gaza.
Dalam unggahan media sosial yang dibagikan ke akun X dan Instagram miliknya, Azaiza menulis: “Mereka yang menutup mata terhadap penderitaan dan perjuangan rakyatnya sendiri tidak berarti apa-apa bagi kami. Terkutuklah mereka yang mengambil keuntungan dari darah kami, menghanguskan hati dan rumah kami, dan menghancurkan hidup kami.”
Meskipun unggahan Azaiza tidak menyebut Hamas atau faksi Palestina mana pun, banyak warga Palestina yang menafsirkannya sebagai kritik yang ‘tidak tepat waktu’ terhadap Hamas, faksi Palestina yang memimpin pertahanan Gaza melawan serangan gencar “Israel” sejak 7 Oktober.
Sebagai indikasi dari trauma dan kemarahan massal yang dirasakan akibat perang tersebut, warga Palestina bahkan menuduhnya ‘menjual’ dan mendukung Presiden Otoritas Palestina Mohammad Abbas, yang dipandang sebagai kolaborator yang sebagian besar diam terhadap genosida di Gaza.
Azaiza juga menulis dalam bahasa Inggris, menuduh para pengkritiknya hanyalah orang yang tidak tahu apa-apa dan bersumpah untuk melanjutkan perjuangannya melawan “propaganda Zionis” meskipun ada kritik yang menyerangnya.
Pekan lalu, Azaiza mengatakan Meta telah menangguhkan akun Facebook miliknya meski halaman Instagram miliknya tetap aktif.
Siapakah Motaz Azaiza dan dimana dia sekarang?
Jurnalis foto Palestina Motaz Azaiza dievakuasi dari Gaza pada Januari, setelah selamat selama 108 hari dari serangan militer “Israel” di wilayah tersebut.
Pria berusia 25 tahun ini telah mendokumentasikan kehancuran yang terjadi di kota kelahirannya sejak awal invasi “Israel” di Gaza pada Oktober, mengumpulkan jutaan pengikut di Instagram bersama dengan citizen journalism lainnya. Sangat sedikit jurnalis yang masih bertahan di tengah kemungkinan “Israel” menargetkan jurnalis dan penolakan akses pers internasional ke Gaza.
Dia dievakuasi terlebih dahulu ke Qatar melalui Mesir. Pada akhir Februari, ia melakukan perjalanan ke Turki untuk menerima penghargaan media, namun mengakui bahwa ia “tidak merasakan kebahagiaan” atas penghargaan tersebut karena trauma atas perang berkelanjutan “Israel” di Gaza.
Dia dijadwalkan untuk tampil dalam acara live pertamanya di Amerika Serikat pada Jumat (22/3/2024) yang diselenggarakan oleh Universitas Harvard. (zarahamala/arrahmah.id)