DAMASKUS (Arrahmah.com) – Salju dan hujan lebat menambah penderitaan ratusan ribu pengungsi Suriah yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di seluruh Timur Tengah, sebagaimana dilansir oleh Orient News, Rabu (27/1/2016).
Badai Thalassa mengantam Lebanon dan Suriah utara, Sabtu lalu, merobohkan tenda dan membanjiri kamp-kamp pengungsi.
Tahun lalu ada laporan tentang pengungsi Suriah di Lebanon, sebagian besar anak-anak, mati kedinginan, CARE melaporkan.
“Bagi orang Suriah, baik pengungsi yang melarikan diri dari Suriah ataupun mereka yang mengungsi di dalam negeri, mereka sudah hidup dalam keadaan yang sangat genting, musim dingin ini merupakan tantangan besar lainnya. Jutaan orang telah melarikan diri dari Suriah yang dilanda perang dan banyak juga dari mereka yang mengungsi di dalam negeri, dengan hanya memiliki sedikit harta benda, dan sekarang dipaksa untuk menghadapi badai salju, menambah keadaan semakin tak tertahankan,” ungkap Richard Hamilton, direktur CARE untuk tanggap Suriah.
“Keluarga-keluarga itu tidak punya sarana yang diperlukan untuk membeli bahan bakar, atau memperbaiki tempat penampungan. Mereka membutuhkan bantuan lebih lanjut, tapi tanggap krisis ini masih kekurangan dana,” tambahnya.
Selain itu, walikota al-Sahla, Adnan al-Khatib, mengakui kelalaian Lebanon dalam menangani krisis pengungsi Suriah dan menunjukkan bahwa badai krisis ini terulang setiap tahun sebagai akibat dari salju yang menutup jalan. Al-Khatib menyerukan kepada Uni Eropa dan organisasi kemanusiaan untuk campur tangan dalam menyelesaikan krisis kemanusiaan ini
Di Yordania, badai salju menghantam kamp pengungsi Zaatari yang dihuni oleh ribuan pengungsi Suriah.
Sejauh ini pada tahun 2016, setidaknya 4 pengungsi Suriah meninggal di Lebanon, sementara dua anak Suriah tewas selama badai salju November 2015, ungkap Gulf News.
Bersama dengan meningkatnya jumlah korban akibat gizi buruk di Madaya dan Zabadani, badai salju datang untuk menempatkan orang-orang dari dua kota di pedesaan Damaskus itu di depan tantangan baru dari musim dingin yang parah dengan tidak adanya bahan pemanas.
Gelombang dingin yang parah menyebabkan melonjaknya harga kayu bakar di Madaya – yang dikepung oleh oleh rezim Assad dan milisi Hizbullah – hingga £ 400 per kilo.
(ameera/arrahmah.com)