WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat menyatakan bahwa pihaknya tidak melihat satu pun tempat bagi presiden Suriah, Bashar al Assad, dalam transisi pemerintahan di masa depan.
Menlu AS, Hillary Clinton, menyatakan pada hari Sabtu (30/6/2012) bahwa Washington tidak melihat peran yang cukup signifikan dari Assad di pemerintahan yang baru. Namun demikian, Clinton tidak secara eksplisit meminta Assad untuk turun dari kursi kepresidenan.
“Assad masih harus pergi. Ia tidak akan pernah lulus uji kesepakatan bersama,” tambah Clinton.
Komentarnya tampaknya bertentangan dengan ketentuan perjanjian negara-negara yang menghadiri pembicaraan Jenewa, Sabtu (30/6).
Utusan PBB-Liga Arab untuk Suriah, Kofi Annan, mengatakan pada konferensi pers setelah pertemuan itu bahwa para diplomat yang bertemu di Jenewa telah mencapai kesepakatan mengenai pemerintahan transisi Suriah yang “dapat mencakup anggota pemerintah sekarang, pihak oposisi, dan kelompok lain, dan dibentuk atas dasar kesepakatan bersama.”
“Rencana ini menegaskan bahwa kami memiliki pedoman dan prinsip untuk membantu semua pihak Suriah ketika mereka bergerak menuju transisi,” kata Annan.
Namun, Moskow dan Beijing menentang isi proposal yang menyerukan dibentuknya pemerintah sementara yang mengecualikan orang-orang yang dinilai dapat merusak kredibilitas transisi dan membahayakan stabilitas serta rekonsiliasi.
Para menteri luar negeri Rusia, China, Inggris, Prancis, Turki, Qatar, Kuwait, dan Irak, Sekjen PBB Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil El-Araby, dan sekretaris negara Amerika Serikat menghadiri pertemuan tersebut. (althaf/arrahmah.com)