WASHINGTON (Arrahmah.com) – AS senang. Pakistan mulai ‘sadar’ dan ‘mengakui’ bahaya ancaman yang diberikan oleh para mujahidin yang telah merebut beberapa wilayah kunci di Pakistan, ujar Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton pada Kamis (23/4).
Clinton mengatakan dalam sebuah forum di Gedung Putih bahwa administrasi Obama sedang berusaha untuk membujuk pemerintah Pakistan agar juga memfokuskan perhatiannya pada India selain sebagai salah satu ancaman selain eksistensi mujahidin Islam di negara itu.
“Mengubah paradigma dan gaya berpikir tidaklah mudah, tetapi saya percaya meningkatnya kesadaran bukan hanya dalam pemerintah Pakistan saja tetapi juga rakyat Pakistan terhadap semakin dekatnya para pemberontak itu ke ibu kota akan menjadi modal utama untuk menghadapi ancaman tersebut,” kata Clinton.
Pada Rabu (22/4), Clinton mengatakan pada komite Gedung Putih lainnya bahwa menurut pandangannya pemerintah Pakistan secara mendasar tengah setahap demi setahap memberikan kekuasaan kepada Taliban dan kelompok mujahidin lain.
Dia mengatakan Kamis (23/4) kemarin bahwa utusan istimewa AS untuk Pakistan dan Afganistan, Richard Holbrooke, sudah melakukan percakapan yang cukup spesifik dengan seluruh rakyat Pakistan tentang perlunya melakukan aksi yang lebih efektif untuk melawan para mujahidin.
“Ada kesempatan yang berarti bagi kami di sini dengan bekerja bersama pemerintah Pakistan dalam rangka mendukung mereka mendapatkan perubahan gaya berpikir dan melakukan tindakan yang lebih gencar untuk melawan ancaman ini,” katanya. Ia pun menambahkan “Kami tidak bisa menjanjikan apa-apa. Mereka sendiri yang harus melakukannya.”
Clinton menghadapi skeptisisme dari beberapa anggota komite yang mengungkapkan keragu-raguan tentang keberhasilan rencana AS di Pakistan. Rep. David Obey, D-Wis., mengatakan pada Clinton bahwa ia khawatir agenda kebijakan pemerintah Obama, baik dalam maupun luar negeri, akan habis ‘dilahap’ oleh masalah Pakistan-Afganistan.
“Saya sangat tidak yakin terhadap kemampuan pemerintah yang sudah ada di Pakistan untuk melakukan satu saja hal yang efektif,” kata Obey.
Rep. Nita Lowey, D-N.Y., ketua komite, mengungkapkan keprihatinan yang sama dengan Obey.
“Meningkatnya kekerasan teroris di Pakistan serta ketidakmampuan dan ketidakmauan pemerintah di sana untuk menghadapi ancaman ekstremis telah meremehkan progres yang kami buat di Afganistan juga menyulitkan usaha kami selanjutnya di sana,” kata Lowey. “Saya khawatir bahwa kami sedang kehilangan kesepakatan dan komitmen internasional untuk menolong Pakistan menguatkan diri dalam perjalanan panjangnya keluar dari konflik.”
Satu ukuran kemajuan di Pakistan, kata Clinton, adalah banyak sedikitnya militer Pakistan dalam memindahkan tentaranya dari perbatasan India ke Afghanistan, di mana ancaman Taliban berkembang.
Clinton berbicara sebelum komite melakukan diskusi untuk memeriksa permintaan administrasi Obama mengenai 7,1 miliar dolar AS sebagai dana tambahan bagi anggaran Departemen Kenegaraan tahun ini. Dari jumlah itu, sebanyak 497 juta dolar akan dialirkan untuk mendukung usaha Departemen Kenegaraan di Pakistan dan 980 juta dolar untuk Afganistan. Sekitar 482 juta dolar akan dialirkan ke Irak.
Clinton memberi tahu anggota komite bahwa tujuan utama AS adalah memperbaiki keamanan di Afganistan dengan mengerahkan lebih banyak pasukan ke sana. Ia juga mengatakan bahwa pihaknya selama ini masih yakin bahwa banyaknya mujahidin Taliban yang sedang memerangi kekuatan AS dan Afghanistan kebanyakan dimotivasi oleh uang daripada ideologi.
“Hingga saat ini, sebetulnya AS memiliki kesulitan untuk memahami secara jelas mengapa tentara AS dan Afghanistan yang jumlahnya sangat banyak dan dipersenjatai dengan peralatan canggih itu tidak mampu melawan dan memenangkan perang melawan para militan Islam,” kata salah seorang pejabat militer Barat. (Althaf/cbs/ap/arrahmah.com)