WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya pada hari Senin (5/12/2011) berjanji untuk tetap membantu Afghanistan pasca penarikan sebagian besar pasukan asing dari negeri tersebut pada tahun 2014, demi menghadapi serangan pemberontakan Taliban dan mengatasi kesulitan keuangan yang kemungkinan akan dialami oleh negeri kaya minyak tersebut.
“Amerika Serikat siap untuk untuk terus memihak rakyat Afghanistan dalam waktu yang lebih lama,” Menlu AS, Hillary Rodham Clinton, menyatakan dalam konferensi global mengenai masa depan Afghansitan yang terhambat oleh absennya dukungan Pakistan sebagai salah satu pihak penting dalam penyelesaian konflik regional tersebut.
Masyarakat internasional telah “banyak kehilangan jika negara itu (Pakistan) bahkan menjadi sumber terorisme dan ketidakstabilan,” tambahnya.
Konferensi Bonn difokuskan pada transfer tanggung jawab keamanan dari pasukan internasional kepada pasukan keamanan Afghanistan selama tiga tahun ke depan, prospek jangka panjang untuk terus menggelontorkan apa yang mereka sebut sebagai bantuan internasional dan penyelesaian politik dengan Taliban.
Bantuan itu tidak gratis. Hal ini ditegaskan Clinton yang menegaskan keharusan rakyat Afghanistan harus memenuhi komitmen mereka mengambil reformasi demokratis.
Sekitar 100 negara dan organisasi internasional yang diwakili oleh 1.000 delegasi konferensi, termasuk sejumlah menteri luar negeri 60. Para peserta berharap untuk menyetujui komitmen bersama demi mewujudkan reformasi dan pemerintahan yang baik, sementara para negara donor dan organisasi internasional menjanjikan bantuan jangka panjang demi menjamin kelangsungan hidup negara Afghanistan pasca 2014.
“Kita telah menghabiskan banyak hal dalam memerangi terorisme,” kata Presiden Afghanistan, Hamid Karzai. “Solidaritas, komitmen, dan dukungan anda akan sangat penting sehingga kami dapat terus melakukan konsolidasi dan mengatasi tantangan yang mungkin muncul di masa mendatang. Kami akan membutuhkan dukungan setia anda untuk setidaknya satu dekade lagi.”
Afghanistan memperkirakan akan membutuhkan bantuan dana dari asing sekitar $ 10 miliar pada 2015, sebagian besar untuk membayar pasukan keamanan, yang akan berjumlah sekitar 350.000 personil.
AS pernah berharap untuk menggunakan pertemuan Bonn untuk mengumumkan berita tentang prospek dialog damai dengan Taliban, namun Afghanistan dan AS tidak mampu menghadirkan perwakilan Taliban untuk menghadiri konferensi.
Upaya rekonsiliasi mengalami kemunduran besar setelah pembunuhan mantan presiden Afghanistan Burhanuddin Rabbani, yang memimpin upaya pemerintah Afghanistan untuk ‘berdamai’ dengan Taliban. (althaf/arrahmah.com)