ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham pada Jumat (30/10) harus menghadapi kemarahan yang mendidih dari Pakistan atas serangan rudal dari pesawat predator AS di negara mereka.
Dalam serangkaian kemunculan di hadapan publik pada hari terakhir dari kunjungan tiga harinya, Clinton berulang kali ditekan oleh warga sipil dan wartawan Pakistan mengenai rahasia program pesawat mata-mata AS yang digunakan untuk meluncurkan rudal yang selalu berdalih untuk membunuh ‘teroris’.
Tapi ia menolak untuk mendiskusikan seputar serangan tanpa awak di sepanjang daerah perbatasan dengan Afghanistan yang menewaskan banyak warga sipil.
Clinton berangkat ke Abu Dhabi di Uni Emirat Arab pada hari Jumat setelah turnya Pakistan yang penuh dengan perdebatan. Tur ini jelas memperlihatkan tanda-tanda ketegangan antara kedua negara meskipun beberapa bulan ini, Pakistan mengakui berada di jalur yang sama dalam agenda perang melawan teror.
Militer Pakistan baru-baru ini meluncurkan serangan ofensif besar-besaran di daerah perbatasan Waziristan Selatan dengan dalih membersihkan tempat persembunyian Taliban. Tetapi dua usaha militer sebelumnya yang menurut Clinton hanya menimbulkan sedikit kemajuan, membuatnya mempertanyakan kembali tekad militer Pakistan.
Clinton dengan hati-hati mengeluarkan komentar yang serupda dengan komentar sehari sebelumnya yang seolah-olah ingin menunjukkan bahwa beberapa pejabat Pakistan tahu di mana jaringan al-Qaidah bersembunyi.
“Kami merasa kami harus menemui pemerintah Pakistan dan berkata, di suatu tempat orang-orang tersembunyi ini harus dikeluarkan,” kata Clinton dalam wawancara di hadapan pers pada Jumat.
“Kami tidak tahu di mana, dan saya tidak memiliki informasi yang mereka (pemerintah) ketahui, tapi ini pemerintah besar…kalian tahu, pemerintah yang itu menguasai berbagai tingkatan. Seseorang, di suatu tempat di Pakistan pasti tahu di mana orang-orang ini. Dan kami ingin tahu karena kami melihat mereka (al Qaidah, dan berbagai macam kelompok lainnya) merupakan bagian inti dari ancaman teroris yang mengancam Pakistan, mengancam Afghanistan, mengancam kami, mengancam orang di seluruh dunia,” tambahnya.
Sehari sebelumnya ia dengan eksplisit menyatakan ketidakpercayaannya pada pemerintah Islamabad: “Saya merasa sulit untuk percaya bahwa tak seorang pun di pemerintahan kalian tahu di mana mereka dan tidak bisa menangkap mereka jika pemerintah ini benar-benar memiliki komitmen untuk menangkap mereka.”
Sementara itu, seorang pejabat Pakistan bersikeras bahwa negaranya sedang berjuang kembali melawan ‘militan’ dan juga mendesak dunia untuk berbuat lebih banyak terhadap kemunculan ‘terorisme’.
“Ada suatu masa ketika dunia ini memberitahu kita untuk berbuat lebih banyak,” kata Menteri Dalam Negeri Rehman Malik pada Jumat bersama Clinton di akademi kepolisian.
“Kami telah memutuskan untuk berperang,” katanya. Malik tidak secara eksplisit merujuk kepada komentar Clinton, tetapi kata-katanya muncul ditujukan untuk melawan apa yang dikatakan menlu AS tersebut.
Saat ditanya berulang kali tentang penggunaan pesawat tanpa awak AS, Clinton hanya mengatakan bahwa “ada perang yang sedang terjadi.” Dia menambahkan bahwa administrasi Obama berkomitmen untuk membantu mengalahkan pemberontak di Pakistan.
Clinton mengatakan dia tidak bisa mengomentari “taktik atau teknologi tertentu” yang digunakan dalam perang melawan kelompok-kelompok ‘ekstremis’ di daerah tersebut.
Penggunaan pesawat tanpa awak yang dipersenjatai dengan rudal ini dipuji oleh para pejabat AS karena telah berhasil menyingkirkan banyak pemimpin senior Taliban tahun ini yang telah menggunakan wilayah Pakistan sebagai tempat berlindung di luar jangkauan kekuatan darat AS di Afghanistan.
Setelah tiba di Abu Dhabi, Clinton diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas hari ini. (althaf/ansr/arrahmah.com)