LONDON (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pada hari Jumat (29/1) mengesampingkan kemungkinan pembicaraan dengan mujahidin Taliban garis keras yang ia disebut sebagai “yang benar-benar orang jahat”.
“Kami tidak akan berbicara dengan orang yang benar-benar jahat karena orang-orang seperti itu tidak pernah akan meninggalkan al-Qaidah, meninggalkan kekerasan, dan tidak mau kembali ke masyarakat,” kata Clinton dalam wawancaranya dengan National Public Radio Broadcast.
“Hal itu tidak akan terjadi dengan orang-orang seperti Mullah Omar dan sejenisnya,” katanya mengacu pada pemimpin mujahidin di Afghanistan.
Clinton berada di London pada hari Kamis untuk menghadiri konferensi global mengenai Afganistan, di mana pesertanya memberikan jutaan dolar dana bantuan untuk mendukung rencana Presiden Afganistan Hamid Karzai untuk mengintegrasikan kembali para mujahidin agar mau meletakkan senjata mereka.
Dia mengaku prihatin dengan kaum perempuan di Afghanistan yang akan kehilangan akses untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan jalan hidup mereka sendiri ketika berurusan dengan Taliban.
Tapi Clinton berusaha untuk menenangkan keprihatinan tersebut, dengan mengatakan “pemerintah saat ini (Karzai) tidak akan melakukan praktek pelanggaran hak-hak perempuan.”
Amerika Serikat dan sekutunya berencana untuk mengirimkan 40.000 pasukan tambahan ke Afghanistan untuk meredam militansi mujahidin.
Namun Clinton menekankan dukungannya terhadap langkah-langkah politis yang diambil sebagai salah satu cara untuk melakukan rekonsiliasi dengan ‘musuh’.
“Gelombang kekuatan militer saja tanpa ada upaya pada sisi politik cenderung tidak akan mewujudkan keberhasilan; begitupun jika Anda hanya melakukan upaya untuk berdamai dengan musuhtanpa kekuatan militer, itupun tidak akan berhasil,” katanya. (althaf/prtv/arrahmah.com)