XINJIANG (Arrahmah.com) – Kementerian luar negeri Cina mengungkapkan kemarahannya pada Selasa (1/4/2014) setelah seorang akademisi Muslim Uighur yang ditahan oleh otoritas Cina memenangkan penghargaan hak asasi manusia di Amerika Serikat, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Ilham Tohti, seorang profesor ekonomi yang telah memperjuangkan hak-hak minoritas Muslim Uighur di Xinjiang Cina, ditahan pada bulan Januari dengan tuduhan separatisme.
Kasus Tohti adalah gejala terbaru dari sikap pemerintah yang keras terhadap perbedaan pendapat di Xinjiang (Turkestan Timur), yang dilanda konflik sektarian yang mengadu domba antara Muslim Uighur dan etnik Han Cina.
The PEN American Center mengatakan pada Senin (31/3) bahwa Tohti akan mendapatkan penghargaan PEN/Barbara Goldsmith Freedom 2014, sebuah penghargaan di bidang kepenulisan. Putri Tohti, seorang mahasiswa di Indiana University, yang akan menerima penghargaan tersebut atas nama ayahnya di New York pada tanggal 5 Mei.
Saat ditanya tentang penghargaan yang diberikan kepada Ilham Tohti, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan bahwa Tohti dicurigai telah melakukan kejahatan.
“Orang yang bersangkutan dicurigai melakukan kejahatan. Badan keamanan publik Cina menanganinya sesuai dengan hukum,” kata Hong.
“Tidak ada organisasi atau pihak manapun yang dapat mengganggu kedaulatan dan kemerdekaan peradilan Cina.”
Kasus Tohti telah menarik perhatian tingkat tinggi di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Istri Tohti telah mengatakan bahwa tuduhan terhadap suaminya itu tidak masuk akal.
“Tohti merupakan penulis generasi baru yang terancam punah yang menggunakan media web dan sosial untuk melawan penindasan dan menyebarkan ke pihak yang peduli di seluruh dunia,” kata Presiden PEN American Center Peter Godwin dalam sebuah pernyataan email.
“Kami berharap penghargaan ini akan membantu pihak berwenang Cina untuk bangkit dari ketidakadilan yang telah dilakukan, dan membangkitkan kampanye di seluruh dunia yang menuntut kebebasan Tohti.”
(ameera/arrahmah.com)