BEIJING (Arrahmah.com) – Sejumlah propaganda Islamofobia yang beredar melalui dunia maya untuk menstigmatisasi umat Islam telah diblokir oleh pihak berwenang di media sosial Cina di tengah serangan balik terhadap kebijakan nasional yang dianggap sangat menguntungkan kaum minoritas Muslim, Global Times melansir pada Rabu (20/9/2017).
Sejumlah pencarian dengan kata kunci “agama hijau” dan “agama damai”, yang sering digunakan oleh pengguna internet untuk merujuk pada Islam dan untuk menghindari penyensoran pidato online yang tidak tepat, tidak menunjukkan hasilnya melalui microblog Weibo di Cina pada Rabu (20/9).
Sejumlah laporan berisi kata kunci tersebut tidak dapat diposkan untuk “pelanggaran peraturan terkait keluhan Weibo.” Tuduhan buruk terhadap Islam juga diblokir di mesin pencari tersebut.
Ketidakpuasan dan ketakutan umat Islam telah meningkat di dunia maya di negara yang memiliki 20 juta penduduk Muslim (menurut sensus penduduk 2013) ini dalam beberapa tahun terakhir. Pengadu menargetkan kebijakan diskriminasi afirmatif pihak berwenang Cina terhadap etnis minoritas, terutama kelompok Muslim.
“Perlu menghilangkan frasa radikal yang tepat yang mendiskriminasikan Islam dan dibiaskan terhadap umat Islam untuk mencegah kebencian online yang memburuk terhadap kelompok tersebut. Ungkapan tersebut sangat merusak keserasian dan persatuan etnis,” kata Xiong Kunxin, seorang profesor di Universitas Minzu, Cina, di Beijing.
“Memblokir ungkapan seperti itu bukanlah pelanggaran kebebasan berekspresi rakyat karena kebebasan harus mematuhi peraturan dan undang-undang Cina yang terkait,” kata Xiong.
Beberapa pengguna internet salah memahami kebijakan etnis Cina, serta menyebut mereka “tidak adil” kepada mayoritas orang Han, katanya.
Untuk mencapai persatuan nasional dan stabilitas sosial, etnis minoritas termasuk orang-orang Hui dan Uyghur menikmati kebijakan yang menguntungkan termasuk menerima poin ekstra dalam ujian masuk perguruan tinggi Cina, kebijakan keluarga berencana yang lebih lunak dan mengamankan rasio posisi tertentu dalam pemerintahan.
Kebijakan yang menguntungkan ini diklaim ditujukan untuk membantu etnis minoritas yang tertinggal dalam pembangunan ekonomi dan pendidikan, lanjut Xiong.
Meski secara resmi merupakan negara ateis, Cina juga melindungi hak warga untuk mempraktikkan agama mereka. Pemerintah membantu 12.800 Muslim dalam melakukan ziarah ke Mekkah tahun ini dan mengamankan sejumlah akses jalan bagi umat Islam untuk merayakan Idul Fitri. (althaf/arrahmah.com)