BEIJING (Arrahmah.id) — Presiden Cina Xi Jinping pada Selasa (30/1/2024) menerima surat kepercayaan duta besar dari beberapa negara, termasuk negara tetangga Afghanistan, yang merupakan pengakuan resmi pertama atas Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) oleh sebuah negara besar.
Xi menyambut Bilal Karimi, duta besar IIA, dalam upacara resmi di Aula Besar Rakyat, bersama dengan duta besar dari Kuba, Pakistan, Iran, dan 38 negara lainnya.
“Cina telah memahami apa yang tidak dipahami oleh negara-negara lain di dunia,” kata Zabihullah Mujahid, juru bicara utama IIA, dikutip dari VOA (30/1).
“Kita tidak berada di dunia yang unipolar,” kata Mujahid sambil menyerukan Rusia, Iran dan negara-negara lain untuk mengambil langkah serupa dan meningkatkan hubungan diplomatik bilateral dengan Kabul.
Xi mengatakan kepada para duta besar baru bahwa Cina mengupayakan persahabatan yang mendalam dan kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara mereka, kantor berita Xinhua melaporkan.
Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), mengatakan apakah Beijing telah secara resmi mengakui IIA, masih perlu diklarifikasi oleh pejabat Cina.
“Saya melihat beberapa komentar dari mereka yang menyatakan sebaliknya,” kata Miller kepada VOA. Bagi AS, kata Miller, hubungan IIA dengan komunitas internasional bergantung pada tindakan mereka.
“Cina mungkin bersiap untuk memecah belah dan mengambil langkah teknis terakhir baik di dalam atau di luar sistem PBB melalui inisiatif bilateral,” tulis Omar Samad, mantan duta besar Afghanistan, kepada VOA.
Javid Ahmad, duta besar Afghanistan untuk Uni Emirat Arab di bawah pemerintahan Afghanistan sebelumnya, menyebut langkah Cina sebagai tindakan pengakuan.
“Isyaratnya jelas, karena tidak ada kepala negara yang akan menerima surat kepercayaan duta besar kecuali mereka mengakui pemerintahnya. Dalam hal ini, kepemimpinan Cina memperlakukan utusan IIA dengan cara yang sama seperti duta besar lainnya, yang merupakan indikasi pengakuan yang jelas,” kata Ahmad.
Meskipun pengakuan Cina menandai sebuah langkah signifikan, namun pengakuan tersebut masih merupakan sebuah langkah tersendiri. Tidak ada negara besar lain yang mengakui IIA dan PBB telah berulang kali menolak permintaan mereka untuk memiliki perwakilan di badan dunia tersebut.
AS dan negara-negara Eropa telah menjatuhkan sanksi ekonomi dan politik terhadap para pemimpin dan entitas IIA, menuduh mereka melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang serius, khususnya terkait hak perempuan atas pendidikan dan pekerjaan.
Sejak merebut kembali kekuasaan pada Agustus 2021, IIA terus menguasai banyak misi diplomatik Afghanistan, terutama di negara-negara tetangga. IIA sekarang mengawasi kedutaan besar di setidaknya 14 negara, termasuk Pakistan, Uzbekistan, dan Turkmenistan.
Beberapa negara, termasuk Rusia, Cina, dan Iran, tetap mempertahankan kedutaan mereka di Kabul. (hanoum/arrahmah.id)