XINJIANG (Arrahmah.com) – Ribuan Muslim Uighur menghilang tiba-tiba dalam satu malam setelah meletusnya bentrokan berdarah beberapa waktu lalu di wilayah Xinjiang, ujar salah seorang pemimpin Uighur yang diasingkan pada Rabu (29/7).
Ia juga mengatakan mengapa AS hanya berdiam diri untuk “pembantaian massal” yang dilakukan terhadap kaum minoritas di Cina.
“Hampir 10.000 penduduk di Urumqi hilang dalam satu malam,” ujar Rebiya Kadeer.
“Kemana para penduduk itu pergi?”
“Jika benar mereka pergi, kemana mereka pergi? Jika mereka ditangkap, dimana mereka sekarang?”
Setelah meletusnya bentrokan berdarah di Urumqi pada 5 Juli silam, otoritas Cina melakukan penekanan dan penahanan kepada sejumlah besar Muslim Uighur dengan klaim mereka terlibat dalam aksi kekerasan tersebut.
Belum ada satupun dari mereka yang ditahan diketahui nasibnya dan otoritas menolak memberikan informasi kepada keluarga mereka mengenai keberadaan mereka.
Kadeer mengatakan otoritas Cina menyembunyikan fakta terkait peristiwa berdarah yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Orang-orang Uighur yang berada di sana banyak yang dibunuh.”
“Keesokan paginya, jalan-jalan dibersihkan dari tubuh korban dari kalangan Muslim dan tubuh korban dari etnis Han dibiarkan begitu saja.”
Otoritas segera mengeluarkan statemen dan mengatakan sedikitnya 190 orang tewas dalam bentrokan, kebanyakan dari kalangan etnis Han.
Xinjiang merupakan rumah bagi sekitar delapan juta Muslim Uighur, yang dijadikan subjek oleh keamanan Cina dengan melakukan tindakan-tindakan keras.
Wilayah ini merupakan wilayah yang sangat strategis karena terletak dekat dengan pusat Asia dan memiliki sumberdaya alam berupa minyak dan gas yang melimpah. (haninmazaya/arrahmah.com)