XINJIANG (Arrahmah.com) – Dalam upayanya untuk melenyapkan identitas Islam di ujung barat Xinjiang yang dihuni oleh mayoritas Muslim, pihak berwenang Cina telah menggerebek beberapa sekolah Islam di ibukota kabupaten Urumqi dan menangkap puluhan Muslim.
“Cina berpikir bahwa orang Uighur yang sangat menjunjung tinggi agama mereka dan menggunakan internet merupakan tantangan terhadap kekuasaan Cina,” Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia, mengatakan kepada Reuters, Senin (15/9/2014).
“Sikap permusuhan Cina mungkin akan menyebabkan lebih banyak orang Uighur yang kehilangan kebebasan mereka,” tambah Raxit.
Raxit mengungkapkan kekhawatiran yang dihadapi oleh Muslim Uighur di tengah kebijakan otoritas Cina yang menekan Uighur.
Lebih dari 85 orang ditangkap dalam penggerebakan terbaru terhadap beberapa madrasah di Uighur.
Tindakan keras terhadap madrasah di Urumqi bukanlah yang pertama kalinya terjadi selama tahun ini. Pada bulan Agustus, Cina mengaku bahwa mereka telah “melepaskan” 82 anak-anak dari sekolah Islam.
Xinjiang telah otonom sejak tahun 1955, namun terus menjadi subyek tindakan keras keamanan secara besar-besaran oleh pihak berwenang Cina.
Pada bulan Agustus, pemerintah Cina telah mengeluarkan surat perintah yang melarang Muslim yang mengenakan jenggot, pakaian Islam, jilbab atau niqab untuk menggunakan bus umum di kota Karamay Xinjiang.
Sebelumnya pada bulan Juli, Cina telah melarang mahasiswa dan staf pemerintah untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Cina juga mencoba untuk mendesak Muslimah Xinjiang untuk tidak memakai jilbab.
Saat pihak berwenang Cina melarang madrasah, atau sekolah Islam, ummat Islam di Xinjiang telah mengupayakan sekolah bawah tanah agar bisa memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka.
“Hanya dalam mata pelajaran politik ada beberapa bab yang memperkenalkan agama utama di dunia, termasuk diantaranya Islam. Selain itu, tidak ada kelas agama [di Xinjiang],” kata Xiaofeng Chen, juru bicara untuk Save the Children yang berbasis di Beijing, yang menjalankan program pendidikan di Xinjiang.
Tindakan keras terbaru terhadap madrasah di Xinjiang dikecam oleh masyarakat Muslim Uighur yang menuduh Cina telah menekan praktik agama mereka.
Pemerintah telah melarang warga Uighur, terutama perempuan dan para pemuda untuk pergi masjid,, padahal mereka sangat membutuhkan untuk mengetahui ilmu agama; sedangkan banyak Muslim yang semakin tua. Jika kaum muda dilarang untuk belajar Islam, maka secara bertahap Islam akan lenyap, kata seorang wara Uighur Muslim di Urumqi, yang juga menolak untuk diidentifikasi.
(ameera/arrahmah.com)