BEIJING (Arrahmah.com) – Cina bagian utara diselimuti polusi selama hari ke-lima pada Rabu (21/12/2016). Polusi tersebut mengganggu penerbangan, lalu lintas darat dan laut, serta beberapa pabrik dan sekolah terpaksa ditutup.
Beberapa warga mengeluhkan sistem anti kabut asap tidak beroperasi.
Sebagaimana dilansir Reuters, ratusan aparat pemerintah berpatroli di Beijing pada Rabu untuk menerapkan pelarangan sementara barbecue dan memastikan bahwa mobil dengan plat nomor tertentu yang hanya boleh berada di jalan-jalan.
Banyak gedung-gedung tinggi tidak terlihat karena terselimuti asap kelabu dan warga yang hendak berangkat bekerja terpaksa menggunakan masker.
Penutupan darurat pembangkit listrik, pabrik baja dan pelabuah untuk mengurangi polusi diharapkan dapat menekan harga batubara. Cina adalah konsumen terbesar batubara di dunia, dan musim dingin adalah puncak permintaan batu bara.
24 kota telah mengeluarkan peringatan keras akan bahaya polusi berbahaya ini pada Selasa (20/12).
Warga di Shijiazhuang di provinsi Hebei mengeluh karena sekolah-sekolah tetap tidak libur meskipun pemerintah kota telah mengeluarkan peringatan, dan laporan media di provinsi Henan, Cina tengah, memuat gambar para siswa yang sedang mengikuti ujian di ruang terbuka yang penuh kabut asap polusi.
“Kami tidak tahu berapa lama kabut asap ini akan berlangsung, jadi mengapa kelas tidak diliburkan?” seorang penduduk Shijiazhuang memposting di media sosial.
“Para siswa menggunakan masker setiap hari dan mengikuti kelas dalam keadaan pusing,” lanjutnya.
Padahal otoritas pendidikan Shijiazhuang telah mengeluarkan pemberitahuan pada Senin (19/12) yang menyatakan bahwa semua kelas akan diliburkan.
Indeks Kualitas Udara di Fengnan, Hebei, Tangshan, masih berada di angka 578 pada Rabu pagi.
(ameera/arrahmah.com)