JAKARTA (Arrahmah.com) – Pengamat kontra terorisme Harits Abu Ulya menilai batalnya komisi III DPR ke Poso menjadi indikasi betapa tidak seriusnya wakil rakyat melakukan advokasi atas konflik Poso. Meski telah datang jauh-jauh dari Jakarta, anggota komisi III malah lebih memilih bertahan di Palu.
“Hanya karena ‘gosip’ dari pihak polda bahwa keamanan Poso tidak kondusif akhirnya berpengaruh kepada niat komisi III. Inilah kualitas wakil rakyat, hanya hambur-hamburkan uang rakyat,” katanya kepada Islampos.com, Selasa (2/4/2013).
Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) ini mempertanyakan mengapa Komisi III bersikeras pertemuan harus dilakukan di Palu, meski masyarakat sudah memastikan kondisi Poso kondusif.
“Buat apa di Palu? Sementara TKP kejahatan Densus itu di Poso. Wajar kalau warga dan tokoh masyarakat Poso tidak mau hadir di Palu,” terangnya.
Tapi di balik ketidak seriusan komisi 3 DPR ke Poso, Harits melihat memang ada upaya sistemik untuk melemahkan komisi III agar kunjungan ini tidak berlanjut ke pembentukan Panitia Kerja.
“Dan rakyat akan terus menyaksikan serius dan tidaknya wakil rakyat mengadvokasi kepentingan rakyat jelata yang terdzalimi,” ujarnya.
Harits berharap perlu tekanan publik lebih luas untuk seret kejahatan Densus ini agar tuntas, tidak cukup hanya berharap kepada DPR yang kualitas dan komitmennya memprihatinkan. “Apalagi mereka mudah masuk angin,” pungkasnya.
(islampos/arrahmah.com)