KUBA (Arrahmah.com) – Pada tahap awal perang kotor Amerika serikat melawan Islam, agen CIA di fasilitas penahanan Teluk Guantanamo, berusaha merubah tahanan menjadi agen ganda untuk membantu AS melacak dan membunuh ummat Islam.
Untuk beberapa tahanan Guantanamo, yang ditahan di pangkalan militer AS di tengah perairan hiu, janji kebebasan sebagai imbalan untuk membantu CIA melacak keberadaan Mujahidin mungkin telah sangat menggoda.
Selain mendapatkan kebebasan, konspirator juga memberi jaminan keamanan bagi keluarga mereka dan jutaan dollar.
Hal ini tidak datang tanpa beberapa resiko yang melekat, bagaimanapun tidak jarang bagi tentara AS tiba-tiba menjadi target tembakan dari sekutunya (seperti serangan insider yang terjadi di Afghanistan-red).
Pada bulan Januari 2002, 623 tahanan tiba di Guantanamo, diikuti 117 tahun berikutnya. CIA mengakui adanya kesempatan untuk mengetahui persembunyian Mujahidin yang menjadi target, tampaknya mereka siap untuk melepaskan beberapa tahanan dari kondisi keras tanpa batas waktu di dalam tahanan.
Beberapa ratus meter di belakang fasilitas penahanan Guantanamo, tersembunyi di balik formasi bebatuan, berdiri delapan barak sederhana yang dikenal sebagai “Penny Lane”.
Mengingat kenyamanan yang ada di kamp tersebut yang dikatakan memiliki dapur pribadi, kamar mandi dan tempat tidur nyata lengkap dengan kasur, personil CIA sering menyebut kompleks itu sebagai “Marriot”, lansir Kavkaz Center (26/11/2013).
Agen CIA kemudian ditugaskan untuk merekrut calon potensial ke dalam program. Dari puluhan tahanan dievaluasi untuk program khusus, hanya segelintir yang menandatangani perjanjian untuk bekerja sebagai mata-mata Amerika.
“Tentu saja itu akan menjadi tujuan,” ujar emile Nakhleh, mantan analis CIA yang menghabiskan waktu pada tahun 2002 untuk mengamati tahanan. “Ini adalah pekerjaan intelijen untuk merekrut sumber.”
Untuk memenuhi syarat dalam program ini, calon rekrutan harus memiliki hubungan baik dengan organisasi Mujahidin, terutama Al Qaeda.
Setelah diterima dalam program rahasia, calon diperintahkan oleh badan teroris AS untuk memata-matai atas nama CIA dalam usahanya untuk menangkap atau membunuh Mujahidin.
Juru bicara CIA, Deon Boyd menolak untuk berkomentar.
“Saya melihat ironi, membiarkan beberapa orang yang sangat ‘buruk’ dibiarkan untuk pergi,” ujar David Remes, seorang pengacara Amerika yang telah mewakili sekitar selusin tahanan Yaman di Guantanamo kepada AP.
“Orang-orang itu dikirimkan kembali sebagai agen yang dianggap mampu memberikan nilai kepada kami,” tambahnya.
Sumber AP mengklaim bahwa beberapa agen ganda memang membantu melacak dan membunuh Mujahidin, sementara yang lainnya berhenti bekerja sama dengan CIA dan CIA kehilangan kontak dengan mereka.
Ketakutan terbesar mantan pejabat yang terlibat dalam program ini adalah bahwa mantan tahanan akan menyerang Amerika kemudian secara terbuka mengumumkan bahwa ia telah digaji oleh CIA.
Pemerintah teroris AS memiliki harapan yang tinggi untuk Penny Lane. Harapannya adalah bahwa mereka akan terhubung dengan Al Qaeda dan memimpin otoritas AS kepada anggota sel. Mantan pejabat senior intelijen lainnya mengatakan bahwa itu tidak pernah terjadi.
Sementara itu, upaya untuk menutup Guantanamo yang telah diberi label Gulag oleh Amnesti Internasional, tetap merupakan janji yang tak terpenuhi dan menjadi kebohongan pemerintahan Obama.
“Saya dapat katakan kepada Anda bahwa pemerintah tetap ‘berkomitmen’ untuk menutup fasilitas penahanan di Teluk Guantanamo,” ujar Deputi Sekretaris Pers Gedung Putih berbohong di bulan Maret. (haninmazaya/arrahmah.com)