Walau perang antara milisi Hizbullah melawan tentara Zionis-Israel telah berakhir beberapa pekan lalu, pemerintahan Gedung Putih agaknya terus berupaya menghabisi Hizbullah lewat cara-cara kotor. Di antaranya memakai faksi-faksi perlawanan Lebanon yang tidak suka kepada Hizbullah.
Situs Islamonline.com pada hari ini (11/1) melaporkan bahwa Dinas Rahasia AS, Central Intelligence of America (CIA) diam-diam terus mengucurkan kucuran dollar dan persenjataan secara intensif kepada sejumlah faksi lawan dari Hizbullah. Upaya ini termasuk memback-up pemerintahan Perdana Menteri Lebanon pro AS, Fuad Siniora.
“Siniora kini tengah berada dalam ancaman dan kami selalu memantau perkembangan itu dan membantu kawan kami itu,” ujar seorang pejabat pemerintah AS yang tidak ingin disebut namanya seperti yang dikutip dalam Daily Telegraph (10/1).
Upaya ini sebelumnya telah dibicarakan oleh pemerintah AS sebelum Natal Desember kemarin bersama dengan sejumlah pejabat dari Saudi Arabia, Yordania, dan Mesir. Para Senator dan anggota Kongres telah pula diberi pengarahan dalam rencana rahasia ini dan berkoordinasi dengan National Security Council (NSC).
Menurut sejumlah pengamat, Pemerintah AS dan Zionis-Israel agaknya tidak berdaya menghadapi kekuatan milisi Hizbullah secara terang-terangan. Perang yang terjadi selama hampir sebulan penuh antara tentara Zionis-Israel melawan milisi Hizbullah telah menjadi bukti betapa kekuatan milisi Syiah yang berkawan akrab dengan pejuang HAMAS itu tidak bisa diremehkan.
Menurut seorang dokter Indonesia yang pernah melawat ke Lebanon dan bertemu dengan sejumlah petinggi Hizbullah, milisi ini telah mempergunakan senjata-senjata canggih yang tidak jelas bersumber dari mana. “Dalam teori, tank Merkava kebanggaan AD-Israel tidak bisa hancur oleh RPG. Tapi di medan perang Lebanon, Hizbullah tidak lagi mempergunakan RPG konvensional, tetapi telah menggunakan senjata sejenis misil-panggul yang mampu merobek tank-tank itu,” ujarnya kepada Eramuslim.•(Rz)