BAGHDAD (Arrahmah.com) – Seiring AS bersiap-siap untuk menarik pasukannya dari Irak, CIA sedang mencari cara untuk melanjutkan operasi rahasia “perang melawan terorisme” dan program intelijen di dalam negeri Irak.
Pada 21 Oktober, Presiden Barack Obama mengumumkan bahwa semua pasukan AS akan menarik diri dari Irak pada 31 Desember dan “perang Amerika di Irak akan berakhir.”
Namun, para pejabat AS telah menyatakan dengan jelas bahwa CIA berencana untuk melanjutkan program-program, yang telah dijalankan oleh Komando Operasi Khusus Gabungan dan organisasi militer lainnya selama bertahun-tahun di negara ini.
Program-program ini meliputi penyebaran sensor nirkabel di sejumlah lokasi yang diklaim sebagai tempat persembunyian mujahidin untuk tim kontraterorisme AS-Irak.
“Ada beberapa bagian saja dari misi kerja sama kontraterorisme yakni komunitas intelijen, termasuk CIA, yang bisa terus dilanjutkan,” kutip Daily Beast mengutip salah satu pejabat kontraterorisme Amerika Serikat.
AS dan sekutunya menginvasi Irak pada tahun 2003 dengan dalih bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Namun, tidak ditemukan satu pun senjata semacam itu di Irak.
Saat ini ada sekitar 4.700 tentara AS ditempatkan di Irak. Menurut perjanjian keamanan 2008 yang dikenal sebagai Status of Forces Agreement (SOFA), semua pasukan AS diminta untuk meninggalkan negara itu pada akhir 2011.
AS sedang melakukan negosiasi dengan Kuwait mengenai pemindahan beberapa peralatan dan pasukan ke negara Teluk Persia itu.
Washington juga mengadakan pembicaraan dengan Turki tentang penggelaran sensor sensitif, drone, dan peralatan lain yang digunakan di Irak ke pangkalan udara Incirlik, serta menjanjikan untuk membantu pemerintah Turki dalam memerangi Partai Pekerja Kurdistan (PKK). (althaf/arrahmah.com)