WASHINGTON (Arrahmah.com) – Mantan wapres AS, Dick Cheney mengakui bahwa ia pernah mendesak mantan presiden George W. Bush untuk melakukan serangan militer pada sebuah situs nuklir di Suriah.
“Saya kembali mengajukan tindakan militer untuk mencegah dikembangkannya reaktor nuklir tersebut,” kata Cheney dalam pertemuannya dengan Bush dan anggota kabinetnya pada tahun 2007, seperti yang ia tulis dalam bukunya, dikutip New York Times pada hari Kamis (25/8/2011).
“Tapi hanya saya sendiri. Setelah saya selesai mengemukakan pendapat, Presiden bertanya, “Apakah ada yang sepakat dengan wakil presiden?” Namun tidak ada satupun yang memberikan suara pada saya di ruangan tersebut,” tulis Cheney dalam “My Time: A Personal and Political Memoir”.
Sebaliknya, rezim Israel membombardir sebuah lokasi di Suriah pada bulan September 2007.
Setidaknya empat pesawat tempur Israel melintas ke wilayah udara Suriah dan meluncurkan serangan pada pusat penelitian milik Liga Arab di kota Deir ez-Zor di timur laut Suriah.
Serangan itu menyebabkan meningginya ketegangan antara kedua belah pihak, yang secara teknis berperang karena pendudukan Tel Aviv tahun 1967 dan pencaplokan Dataran Tinggi di barat daya Suriah.
Damaskus membantah pihaknya telah menyembunyikan program senjata nuklir. Tindakan ini sempat memicu penyelidikan IAEA pada tahun 2008. Suriah bersedia bekerja sama sepenuhnya dengan lembaga tentang masalah ini.
Tel Aviv tidak membenarkan atau bahkan membantah pemboman situs tersebut. Namun, Bush menulis dalam memoarnya, yang diterbitkan tahun lalu, bahwa serangan itu terjadi setelah dia menolak permintaan mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert ke Washington untuk melakukan penyerangan.
Perkembangan itu datang di tengah penolakan berulang Tel Aviv untuk bergabung dengan Perjanjian Non-Proliferasi (NPT).
Sejak tahun 1958, Tel Aviv mulai membangun fasilitas pengolahan plutonium – dan uranium – Dimona di gurun Negev di Israel selatan. Dimona telah secara diam-diam memproduksi banyak hulu ledak nuklir, sehingga menjadi pemilik tunggal senjata semacam itu di Timur Tengah.
Mantan Presiden AS, Jimmy Carter, telah membuktikan keberadaan senjata nuklir Israel. Carter mengatakan termasuk antara 200 hingga 300 hulu ledak nuklir. (althaf/arrahmah.com)