PARIS (Arrahmah.com) – Hampir enam bulan setelah serangan mematikan di majalah satir Charlie Hebdo, editor dari majalah itu mengungkapkan bahwa ia tidak akan lagi menggambar kartun Nabi Muhammad (SAW).
“Kesalahan yang bisa Anda tuduhkan kepada Islam bisa Anda temukan di agama-agama yang lain,” Laurent Sourisseau, editor atas dan penerbit Charlie Hebdo, mengatakan dalam sebuah wawancara pekan ini dengan Stern, sebuah majalah Jerman, sebagaimana dilansir oleh onislam, Senin (20/7/2015).
“Kami telah menggambar Nabi Muhammad untuk mempertahankan prinsip bahwa orang bisa menggambar apa pun yang diinginkannya,” dalihnya.
Mengumumkan keputusannya untuk berhenti menggambar kartun Nabi Muhammad, ia mengatakan, “kami telah melakukan tugas kami, kami telah membela hak karikatur..”
Januari lalu, Perancis telah menyaksikan minggu berdarah setelah serangkaian serangan yang menyebabkan 17 orang tewas di Paris.
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menggugat Charlie Hebdo atas penerbitan kartun yang menggambarkan kartun Nabi Muhammad (SAW), di tengah meningkatnya kemarahan di kalangan ummat Islam di seluruh dunia.
Akan tetapi dalam edisi selanjutnya, majalah Charlie Hebdo malah kembali menampilkan kartun Nabi Muhammad (SAW) pada covernya, seminggu setelah serangan itu.
Keputusan Editor Sourisseau itu datang tiga bulan setelah salah satu kartunis Charlie Hebdo, Renald Luzier, mengatakan kepada majalah budaya Prancis Les Inrockuptibles bahwa menggambar kartun Nabi tidak lagi menarik baginya.
“Saya sudah bosan, sama seperti aku bosan menggambar [mantan Presiden Prancis Nicolas] Sarkozy. Saya tidak akan menghabiskan hidup saya menggambar mereka,” kata kartunis Luzier.
Sebulan kemudian, Luizer mundur dari majalah itu dengan alasan terlalu banyak pekerjaan dan kelelahan.
Sourisseau, editor yang memiliki 40 persen saham perusahaan itu, telah selamat dari serangan teror Januari lalu dengan berpura-pura mati.
Dia mendapat kecaman karena mengumpulkan sebagian besar keuntungan dari Charlie Hebdo setelah serangan itu.
Charlie Hebdo memiliki reputasi yang panjang sebagai majalah provokatif.
Pada bulan September 2012, majalah mingguan Perancis itu menampilkan seorang pria yang disebut sebagai Nabi Muhammad.
Pada tahun 2011, kantor majalah itu dibom setelah menerbitkan edisi yang disebut Syari’ah Hebdo.
(ameera/arrahmah.com)