(Arrahmah.com) – Ustadz Fadzlan Garamatan, pengurus Majelis Intelektual dan ulama Muda Indonesia (MIUMI) menceritakan tentang Rumah Al Quran di Somalia saat dirinya mengunjungi negara Afrika tersebut.
Di hadapan jamaah tabligh akbar dengan tema “Masuk surga sekeluarga” di Masjid Jami’ Bintaro beberapa waktu lalu, dia menyampaikan perbedaan antara Rumah Qur’an yang ada di Indonesia dan Somalia
Ketika disebut Rumah Quran, dalam benak kita di Indonesia, mungkin terbersit sebuah rumah atau lembaga yang digunakan untuk belajar mempelajari al-Qur’an; Tahsin, tahfidz, do’a, imla’, dsb, bagi anak-anak dan remaja, juga bagi ibu-ibu muda yang baru saja hijrah.
Bukan seperti itu Rumah Qur’an yang digambarkan oleh ustadz Fadzlan. Tapi seharusnya Rumah Qur’an adalah rumah-rumah kaum Muslimin yang didalamnya mengajarkan Al-Qur’an, bacaan, hafalan, perbuatan, juga kebiasaan. Itulah Rumah Qur’an.
Mengutip laman aqlislamiccenter (29/2/2014), pengalaman ini Ustadz Fadlan dapatkan ketika dirinya diamanahi MUI untuk bertugas ke sana bersama beberapa ustadz lainnya. Katanya, walaupun rupanya sama dengan beliau, tapi negerinya jauh berbeda. Di Indonesia kita bisa mendapatkan apa saja yang kita inginkan, di sana bahkan untuk air minum saja susah.
Tapi apa yang terjadi? Ketika beliau terdampar di satu gurun menuju tujuan, beliau bersama tim hendak beristirahat di sebuah kampung. Setelah menempuh perjalanan selama 6 jam dengan berjalan kaki, siapapun akan mengharapkan setidaknya air. Tapi bukan air yang didapatkan, yang terjadi adalah beberapa ibu menyodorkan sebuah wadah dengan tutup. Ketika dibuka, isinya adalah al-Qur’an.
“Saya membuka mushafnya dan terbuka surat al-Mulk. Ketika saya baca ayat pertama, anak-anak Somalia yang duduk mengelilingi kami melanjutkan ayat berikutnya hingga selesai. Lalu teman saya melanjutkan, dan begitu selanjutnya,” cerita Ustadz kelahiran 17 Mei 1969 di Patipi, Fak-fak.
Pergi ke belakang, beliau kaget sekaligus kagum dengan pemandangan yang ada. Sepanjang jalan menuju toilet, beliau melihat ibu-ibu yang menimang dan menyusui anak-anak mereka dengan lantunan al-Qur’an.
“Kalo di kita sekarang, lumrahnya pake murattal. Tapi di sana, ibu-ibu mereka sendiri yang membacakannya untuk mereka,” kata pengurus MIUMI dengan jabatan Paku Bumi (Pasukan Khusus Bela Umat Islam) ini.
Maa syaa Allah
(azm/arrahmah.com)