WASHINGTON (Arrahmah.id) – CEO JPMorgan Chase & Co, Jamie Dimon mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNBC bahwa Amerika Serikat dan ekonomi global dapat mengarah pada resesi di pertengahan tahun depan.
Inflasi yang tidak terkendali, kenaikan suku bunga yang besar, invasi Rusia ke Ukraina dan efek yang tidak diketahui dari kebijakan pengetatan kuantitatif Federal Reserve adalah di antara indikator potensi resesi, katanya kepada saluran berita bisnis tersebut pada Senin (10/10/2022).
“Ini adalah hal-hal yang sangat, sangat serius yang saya pikir kemungkinan akan mendorong AS dan dunia — maksud saya, Eropa sudah dalam resesi — dan mereka kemungkinan akan menempatkan AS dalam semacam resesi enam hingga sembilan bulan dari sekarang.” kata Dimon.
Wawancara tersebut ditayangkan saat bank-bank besar AS akan melaporkan pendapatan kuartal ketiga mereka mulai Jumat. Sejauh tahun ini, indeks acuan S&P 500 telah turun 24 persen dengan ketiga indeks utama AS diperdagangkan di saat kondisi pasar saham sedang lesu.
Dimon mengatakan S&P 500 bisa turun 20 persen lagi dari level saat ini dengan penurunan 20 persen berikutnya yang kemungkinan jauh lebih menyakitkan daripada yang pertama.
Tahun ini, Dimon telah meminta investor untuk bersiap menghadapi “badai” ekonomi, dan JPMorgan, bank investasi terbesar AS, menangguhkan pembelian kembali saham pada Juli lalu setelah meleset dari ekspektasi kuartalan Wall Street.
Pada bulan Juni, Goldman Sachs telah memperkirakan peluang 30 persen ekonomi AS menuju resesi selama tahun depan sementara ekonom di Morgan Stanley menempatkan peluang resesi untuk 12 bulan ke depan di sekitar 35 persen.
Presiden Bank Dunia, David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva juga memperingatkan pada Senin (10/10) tentang meningkatnya risiko resesi global dan mengatakan inflasi tetap menjadi masalah setelah invasi Rusia ke Ukraina. (zarahamala/arrahmah.id)