ABU DHABI (Arrahmah.com) – Lebih dari seratus ulama senior Timur Tengah telah menandatangani surat terbuka menyerukan boikot terhadap lembaga akademis “Israel”, sebagaimana dilansir The Electronic Intifada, Kamis (14/8/2014).
Surat ini berisi daftar penandatangan–yang mencakup banyak cendekiawan terkenal dalam dunia sejarah, sastra, antropologi dan politik di Timur Tengah–sebagai “ekspresi yang belum pernah terjadi sebelumnya [sebagai aksi] solidaritas untuk rakyat Palestina.”
Sementara, dalam menanggapi serangan “Israel” terbaru di Gaza, yang telah meninggalkan ribuan warga sipil syahid, terluka dan kehilangan tempat tinggal, surat itu juga mengutip berbagai alasan untuk panggilan boikot mereka, diantaranya : “pendudukan dan perampasan di Yerusalem Timur, Naqab (Negev), dan Tepi Barat, pembangunan dinding dan pagar di sekitar penduduk Palestina, pembatasan kebebasan Palestina dari gerakan dan pendidikan, serta penghancuran rumah warga Plestina dan pendirian pemukiman ilegal zonis.“
Pengumuman ini menambahkan bahwa pelanggaran ini memiliki “sejarah panjang dan tidak ada akhir yang jelas terlihat.“
Siaran pers yang menyertai daftar penandatangan menekankan bahwa mereka yang mendukung panggilan boikot adalah “cendekiawan senior dan bertenor, pustakawan, dan semua pihak intelektual yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Timur Tengah.”
Dalam penandatanganan surat itu, pers negara-negara merilis bahwa, para pendidik ini “telah berjanji untuk tidak berkolaborasi dalam proyek dan acara yang melibatkan lembaga akademis “Israel”, bukan untuk mengajar di atau untuk menghadiri konferensi dan acara lainnya di lembaga tersebut, dan tidak mempublikasikan [karya ilmiahnya] dalam jurnal akademik berbasis di ‘Israel’.“
Tindakan ini mengikuti sejumlah resolusi boikot akademik lainnya dari asosiasi ilmiah termasuk Asosiasi Studi Amerika, Asosiasi Studi Kritis Etnis dan Asosiasi Sastra Afrika.
Tindakan ini dipimpin oleh Federasi Profesor dan Karyawan Universitas Palestina, salah satu organisasi masyarakat sipil Palestina untuk menyerukan pelaksanaan boikot , divestasi dan sanksi komprehensif terhadap “Israel”.
Daftar penandatangan pernyataan “boikot akademik” ini menyatukan para cendekiawan besar dari Palestina yang diduduki (seperti Saleh Abdel Jawad, Fadwa Allabadi, George Giacaman, Islah Jad dan Magid Shihade Birzeit dan Al Quds universitas) dengan beberapa nama yang paling terkemuka dalam studi Timur Tengah di sekitar dunia. Ini termasuk Roger Owen dari Harvard, Talal Asad dari CUNY, Rosemary Sayigh dari American University of Beirut, Joel Beinin dari Stanford, Karma Nabulsi of Oxford dan Lila Abu–Lughod dan Rashid Khalidi dari Columbia University.
Para sarjana dari dunia Arab termasuk orang-orang dari Kairo (Khaled Fahmy) dan Beirut (Mona Fawaz, Mona Harb, Tarif Khalidi dan Nisreen Salti). Dan sejumlah akademisi dari latar belakang Yahudi telah menempatkan nama mereka dalam pernyataan itu, termasuk Haim Bresheeth dari Sekolah Oriental & African Studies di London, sosiolog dan sejarawan “Israel” Ilan Pappe, sekarang di Exeter, dan Richard Falk, mantan staf pelaporan PBB tentang Palestina dan Princeton profesor hukum emeritus internasional
Dengan demikian, kembali kita melihat bahwa konsep “knowledge is power” itu ada dan dapat menjadi alat untuk membela al-haq dengan elegan dan mencerminkan dedikasi terhadap Diin ini. Insyaa Allah.(adibahasan/arrahmah.com)