XINJIANG (Arrahmah.id) – Cendekiawan Muslim dari Arab Saudi, Suriah, dan Uni Emirat Arab mengunjungi Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang dalam lawatan yang diselenggarakan pekan ini di mana Beijing dituduh telah melakukan genosida terhadap Muslim Uighur.
Para cendekiawan tersebut merupakan bagian dari delegasi dari Dewan Komunitas Muslim Dunia (TWMCC), sebuah organisasi yang didukung UEA.
Selama di Xinjiang, delegasi ini mengunjungi apa yang disebut ‘Museum Pemberantasan Terorisme dan Ekstremisme’, kata TWMCC pada Selasa (10/1/2023).
Ketua organisasi Ali Rasyid al-Nuaimi, “memuji upaya otoritas Cina dalam memerangi terorisme di Xinjiang,” menurut pernyataan kunjungan dari TWMCC yang dirilis Senin (9/1).
Beijing telah dituduh menahan lebih dari satu juta warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya di kamp-kamp, sebagai bagian dari tindakan keras di Xinjiang yang diluncurkan pada 2017.
Pegiat HAM menuduh Cina melakukan pelanggaran termasuk penahanan massal, kerja paksa, sterilisasi wajib, dan penghancuran situs budaya dan agama Uighur.
Amerika Serikat dan beberapa negara lain menyebut tindakan Cina di Xinjiang sebagai “genosida”, menjatuhkan sanksi atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.
Beijing membantah tuduhan itu, mengklaim kebijakannya telah membantu memerangi ancaman ekstremisme Islam.
UEA telah dituduh membantu Cina menganiaya etnis Uighur di negara tersebut, dengan mengizinkan Beijing menggunakan ‘situs hitam’ untuk memikat dan menahan mereka.
Arab Saudi, Suriah, dan UEA adalah di antara beberapa negara Arab yang dituduh memulangkan secara paksa warga Uighur ke Cina. (zarahamala/arrahmah.id)