Pakistan menyatakan tidak mau terkena imbas dari kekacauan yang terjadi di negara tetangganya, Afghanistan. Termasuk menjadi tempat pelarian para “teroris” dari negara itu. Untuk itu, Pakistan akan memperketat penjagaan di perbatasannya dengan membangun pagar dan membuat wilayah beranjau.
Dalam keterangan pers Selasa (26/12), Menlu Pakistan, Riaz Ahmad Khan mengatakan, angkatan bersenjata Pakistan sudah diminta untuk membuat proposal pembuatan pagar dan wilayah beranjau di sepanjang 2.400 kilometer perbatasan Pakistan-Afghanistan, untuk mencegah terjadinya infiltrasi apa yang disebut Pakistan sebagai “teroris” dari Afghanistan.
Ahmad Khan juga mengatakan, Pakistan tidak mau ikut bertanggungjawab atas kekacauan yang terjadi di Afghanistan, karena itu adalah tanggung jawab ISAF, NATO dan angkatan bersenjata Afghanistan.
Menurutnya, Pakistan membuat wilayah beranjau di perbatasan adalah langkah yang tepat dan berharap pemerintah Aghanistan mau mempertimbangkannya. Namun setelah Islamabad mengajukan proposal itu ke pihak pemerintah Aghanistan, Kabul tidak memberikan respon yang positif.
Rencana pembuatan pagar dan wilayah beranjau di perbatasan Pakistan dan Afghanistan ini sudah dibicarakan oleh Presiden Pervez Musharraf saat bertemu dengan Menlu AS, Condoleezza Rice di New York pada September 2005.
Saat ini Pakistan sudah memiliki sekitar 700 pos pemeriksaan di perbatasan dan mengerahkan lebih dari 80.000 personil militer dan paramiliter untuk mencegah penyusupan anggota-anggota kelompok militan, terutama anggota al-Qaidah yang diyakini AS bersembunyi di daerah perbatasan Pakistan-Afghanistan.
Menlu Pakistan Ahmad Khan menyatakan, dengan kebijakan baru di perbatasan, Pakistan tidak mau lagi mendengar kritikan yang mengatakan negara itu tidak cukup melakukan sesuatu dalam memberantas terorisme.
“Itulah sebabnya kami ingin membuat pagar di perbatasan,” ujarnya.
Selain itu, Islamabad juga akan mengawasi dengan ketat kamp-kamp pengungsi warga Afghanistan dengan melakukan pendataan dan meminta dunia internsional untuk mempercepat proses repatriasi para pengungsi.
Sikap Afghanistan
Sementara itu, Presiden Afghanistan Hamid Karzai dalam pernyataan resminya menyatakan, langkah Pakistan tidak memecahkan persoalan infiltrasi, karena masalahnya bukan di perbatasan tapi di tempat lain. Jubir pemerintah Aghanistan menambahkan, pemerintahnya tidak akan mendukung rencana Pakistan.
Para analis di Pakistan juga meragukan kebijakan baru pemerintah Pakistan di perbatasan bisa menyelesaikan persoalan terorisme.
Pakar keamanan dan hubungan internasional, Dr Shamim Akhtar menyatakan, Pakistan sebenarnya tidak perlu membangun pagar atau membuat wilayah beranjau di perbatasan. Apalagi jika tindakan itu dilakukan hanya karena kampanye menyesatkan yang dilakukan pemerintah Afghanistan dan AS.
Belum lama ini, Presiden Karzai secara terbuka menuding Pakistan telah membantu kelompok militan.
“Saya bertanya-tanya, apakah setelah kebijakan ini AS akan merasa puas, karena semua orang juga tahu bahwa selama ini pemerintah Pakistan berusaha keras untuk mencegah masuknya para penyusup,” tukas Akhtar.
Ia tidak yakin kebijakan pengetatan di perbatasan bisa mengontrol masuknya kelompok militan, karena pasukan koalisi AS dan NATO sendiri gagal menghadapi perlawanan mereka dan AS serta pemerintah Aghanistan menimpakan kegagalan itu dengan menyalahkan Pakistan. (ln/iol/aljz/era)