(Arrahmah.id) – Kemenangan Mujahidin Suriah meruntuhkan tembok kekuasaan rezim diktator Bashar Asad, 8 Desember 2024, di sambut gembira oleh orang-orang beriman.
ALHAMDULILLAH, dengan pertolongan Allah kami berkesempatan melawat, melakukan ribath dan i’dad di bumi jihad Syam, bertepatan pada hari-hari i’tikaf Ramadhan 1435 H, 17 November 2014.
Setelah perjalanan panjang, melewati perbatasan Turki-Syria, di antara pepohonan zaitun, di bawah intaian patroli tentara perbatasan, akhirnya para pimpinan Majelis Mujahidin sampai di tempat tujuan.
Amir Majelis Mujahidin, Al-Ustadz Muhammad Thalib dalam desah kelelahan bergumam:
“di usia tua seperti sekarang, saya justru mendapat kesempatan menginjakkan kaki di bumi yang diberkahi Allah, Asy-Syam. Dan yang membahagiakan, saya dapat menyaksikan gelora jihad rakyat negeri ini melawan kezaliman penguasa tirani, mulkan jabariyyan, pimpinan Bashar Asad.”
Begitulah, selama lawatan di bumi jihad, pimpinan Majelis Mujahidin yang terdiri dari Amir Majelis mujahidin Al-Ustadz Muhammad Thalib, Ketua Lajnah Tanfidziyah Irfan S Awwas dan Sekjen M. Shabbarin Syakur, Komandan Asykariyah M. Syawal; tak hanya silaturrahim dengan para komandan harakah jihad yang sedang bertempur di berbagai front jihad. Yang paling mengesankan adalah antusiasme masyarakat, seperti dikatakan seorang komandan katibah, ketika ditanyakan, apa yang memotivasi kalian untuk berperang melawan tentara Bashar Asad?
“Di daerah saya terdapat sejumlah janda yang suaminya syahid, korban kekejaman tentara rezim Nushairiyah. Setiap hari saya bertemu anak-anak mereka, dan saya hanya menangis tanpa bisa berbuat apa-apa. Sekarang kami bertemu dengan Anda yang datang dari negeri yang jauh, membantu kami dengan do’a, bantuan kemanusiaan, dan juga ilmu yang bermanfaat. Kami malu pada Allah, bagaimana mungkin kami tidak akan bersemangat membela warga kami yang setiap hari terancam bom yang dijatuhkan dari pesawat…” jawabnya jelas dan tegas.
Di zona pengungsian, yang dihuni sekitar 15 ribu orang ibu-ibu, anak-anak dan orang tua. Koordinator pengungsi Abu Usamah mengatakan: “di sini pendidikan anak-anak terlantar. Berpuluh tahun anak-anak kami dijauhkan dari Islam, dirusak tauhid dan moralnya. Mereka memerlukan buku-buku tauhid dan pelajaran al-Qur’an, tapi sulit kami dapatkan. Jika ingin membantu, kami tidak mau terikat karena bantuan. Bantulah kami lillahi ta’ala,” katanya penuh haru.
Namun yang mencengangkan, adalah pengakuan mereka tentang kurangnya para ulama mujahid yang berkunjung ke medan jihad ini. Dalam suatu kesempatan seorang komandan bertanya:
“Apakah harta rampasan yang kami dapatkan dalam perang melawan rezim Bashar Asad termasuk ghanimah atau bukan?
“Menurut kalian di sini, apakah negeri Suriah termasuk negara kafir atau negeri kaum Muslimin?” Tanya Ustadz M. Thalib.
“Negeri kaum Muslimin,” jawab mereka.
“Jika demikian, itu bukan ghanimah melainkan harta negara yang selama ini dikuasai rezim Bashar Asad. Artinya, harta rakyat Muslimin, harus dikembalikan pada kaum Muslimin juga. Untuk itu kalian buat baitul mal, kemudian distribusikan pada para pengungsi, termasuk para mujahid juga berhak memperolehnya.”
Subhanallah, mereka kemudian minta dibuatkan buku panduan jihad, membahas tentang ghanimah dan berbagai musykilah di medan jihad.
Selama 15 hari mukim dan berpindah dari propinsi ke propinsi lainnya, tersebar diantara para mujahi, kehadiran ulama dan pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia. Maka pada malam ke 29 Ramadhan, Imam Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, kota Iblin, Propinsi Idlib, Syeikh Abu Khalid berkunjung ke markaz tempat kami beristirahat; mengundang Al-Ustadz Muhammad Thalib untuk memberikan taushiyah Ramadhan di hadapan jamaah masjid. Respons jamaah masjid yang antusias sungguh mengharukan.
Sebelum kembali ke tanah air, Alhamdulillah dipertemukan Allah dengan Panglima Mujahid Jabhah Nushrah, Abu Muhammad Al-Jaulani dan Syeikh Abdullah Al Muhaisini. Sempat berdiskusi setengah jam, tiba-tiba bom meledak dijatuhkan dari pesawat oleh tentara Bashar Asad, tidak jauh dari tempat pertemuan. Subhanallah.
Dan inilah taushiyah Amir Majelis Mujahidin, Al-Ustadz Muhammad Thalib yang disampaikan dalam Bahasa Arab. Selamat membaca!
Bersatu Meraih Kemenangan
Saudaraku Rakyat Syam. Kalian harus menyatukan barisan untuk meraih kemenangan. Kalian sekarang hidup dan tinggal di bumi yang penuh berkah, bumi tempat tumbuhnya dua macam tetumbuhan yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an, surah at-Tiin, 95: 1-3
“Demi buah tin dan zaitun. Demi bukit Thursina. Demi kota Makkah yang aman.”
Pohon Tiin dan Zaitun masih tumbuh di bumi kalian hingga hari ini. Barangkali akan terus tumbuh sampai hari kiamat. Akan tetapi, kondisi aman ternyata hari ini tidak ada lagi di negeri kalian.
Kita patut bertanya, mengapa kondisi aman hilang dari negeri ini? Bagaimanakah cara mengembalikan kondisi aman di negeri yang penuh berkah ini? Siapakah yang sanggup mengembalikan kondisi aman agar kalian dapat hidup aman dan nyaman serta penuh kasih sayang. Bukan penuh rasa takut, galau, penuh bahaya, fitnah dan bencana-bencana lain yang hari ini kalian hadapi?
Jawaban atas semua pertanyaan ini terdapat pada Alqur’an berikut ini:
“Kemudian Kami turunkan martabat manusia ke tingkat yang paling rendah.” [At-Tiin, 95: 5]
Ayat sebelumnya menyebutkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan baik sejak zaman Adam sampai hari kiamat dengan istilah ahsanu taqwim. Apa makna ahsanu taqwim? Apakah bermakna tubuhnya yang bagus, atau rupanya yang gagah dan cantik, atau yang lain?
Ahsanu taqwim dalam ayat ini maksudnya adalah perilaku, perjalanan hidup, kesediaan menerima hidayah Allah dan melaksanakan syari’at Allah secara utuh. Hal ini ditegaskan pada ayat Al-Baqarah, 2: 208,
“Wahai kaum mukmin, ikutilah syari’at Islam itu seluruhnya…”
Pertanyaannya ialah, mengapa kondisi aman hilang dari bumi yang penuh berkah ini? Kesalahan apa yang kalian perbuat sehingga rasa aman jauh dari diri kalian, sedangkan permusuhan dan pertentangan terus berjalan? Begitu pula rasa galau, takut dan kematian selalu mencekam kalian dari segenap penjuru dan setiap saat di setiap tempat di negeri kalian ini. Kita memohon kepada Allah, mudah-mudahan segala macam bencana ini segera Allah jauhkan dari kalian dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Akan tetapi apa syarat-syaratnya yang harus kalian penuhi untuk mendapatkan kembali rasa aman itu?
Pertama, kalian harus menjadikan jihad di jalan Allah sebagai prioritas dalam hidup kalian, dan bukan mengejar kesenangan dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika kalian sibuk dengan jual beli sistem riba dan kalian lebih mengutamakan usaha-usaha peternakan serta pertanian, lalu kalian tinggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan terus-menerus kepada kalian. Kehinaan itu tidak akan bisa hilang sebelum kalian benar-benar kembali kepada agama kalian.” [HR Ahmad dan Abu Dawud]
Dalam kaitan ini saya ingin mengingatkan kalian berkenaan dengan firman Allah:
“Orang-orang munafik berkata kepada kaum mukmin: “Jika kita kembali ke Madinah, niscaya tokoh-tokoh yang terhormat di Madinah akan mengusir kaum Muhajirin yang hina itu.” Kehormatan itu milik Allah, milik Rasul-Nya, dan milik orang-orang mukmin. Akan tetapi orang-orang munafik itu tidak pernah memahami kehormatan yang hakiki.” [Qs. Al-Munafiqun, 63: 8]
Pada ayat ini ditegaskan bahwa kemuliaan itu hanya menjadi hak Allah, Rasul-Nya dan kaum mukmin.
Namun pertanyaannya sekarang ialah, mengapa kita tidak hidup dalam kemuliaan? Mengapa kita hidup dalam kehinaan dan kemiskinan? Apa jawaban yang kita berikan terhadap pertanyaan ini? Jawabannya termaktub pada Qs. Ali ‘Imran, 3: 112,
“Kaum Yahudi mengalami nasib hina di mana pun mereka berada. Mereka hanya dapat selamat dari kehinaan, jika mereka mau mengikuti Islam dan menjalin persaudaraan sesama manusia dengan baik. Kaum Yahudi patut mendapatkan kehinaan dari Allah dan merasakan penderitaan. Hal yang demikian itu karena mereka sejak dahulu ingkar kepada Taurat dan Injil. Mereka juga membunuh nabi-nabi mereka dengan dalih yang tidak benar. Mereka suka berbuat durhaka kepada Allah dan biasa melanggar syari’at Allah.”
Kita kaum muslimin, pada hari ini seakan terputus hubungan dengan Allah dan Al-Qur’an serta Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita tidak lagi peduli terhadap penerapan syari’ah Allah, pengaturan sistem sosial dan politik berdasarkan agama Allah yang lurus. Karena itu, apa hasil yang kita tuai dari perbuatan kita ini?
Pada hari ini kita hidup di bawah naungan kehinaan, kemiskinan, ketakutan, lemah mental, hidup serba sulit, hilang kewibawaan, kekuasaan, sehingga kita menjadi takut kepada musuh-musuh Islam. Bahkan menyampaikan risalah Islam secara terus terang, baik dengan lisan maupun tulisan tidak berani. Orang-orang awam bertanya-tanya, apa solusi untuk menyelesaikan problem-problem kita sekarang, karena ternyata para ulama di dunia Islam bungkam seribu bahasa, bahkan sebagian ulama lebih suka menjadi corong penguasa atau kerajaan yang kalian kenal dengan Ulama Sulthan.
Kedua, kehinaan dan kemiskinan yang menimpa diri kaum muslimin, dan perpecahan dalam barisan jihad merupakan sebab kelemahan kaum muslimin. Padahal Allah memerintahkan kita untuk membangun kekuatan dalam satu barisan, sebagaimana firman Allah Swt:
”Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berperang untuk membela agama Allah dalam satu barisan, seolah-olah mereka itu sebuah bangunan yang berdiri kokoh.” [Qs. Ash-Shaff, 61: 4]
Semoga kalian dirahmati Allah, dan semoga kalian sukses dalam meraih kemenangan di medan jihad kalian hari ini dalam menghadapi musuh-musuh Allah, Rasul-Nya dan segenap kaum mukmin.
Di negeri kalian yang penuh berkah ini, kewajiban utama kalian sekarang adalah membentuk satu barisan perjuangan. Kalian semua, terutama para ulama kalian harus melaksanakan kewajiban ini secepatnya, agar kalian meraih kemenangan dari Allah.
Ketiga, kalian sangat membutuhkan senjata dan makanan bagi milisi-milisi kalian. Akan tetapi dari mana uang untuk membeli senjata dan makanan bila kalian sendiri tidak mau mengeluarkan infaq dari harta kalian? Kaum muslimin yang mempunyai harta tetapi kikir untuk mendermakannya di jalan Allah, Allah kelompokkan mereka dalam golongan kafir.
“Wahai kaum mukmin, keluarkanlah derma dari sebagian harta yang Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari kiamat. Pada hari kiamat tidak ada lagi tebusan dosa. Tidak ada teman yang dapat menolong orang-orang kafir, dan bagi mereka tidak ada pertolongan dari Allah. Orang-orang kafir itu benar-benar merugikan diri mereka sendiri.” [Qs. Al-Baqarah, 2: 254]
Mengapa orang-orang semacam itu disebut kafir padahal zahirnya muslim?
Karena orang-orang muslim ini kikir mendermakan sebagian hartanya untuk mendukung perjuangan para mujahidin. Kalian penduduk Suriah yang muslim lebih bertanggung jawab untuk melaksanakan perintah Allah ini daripada kaum muslimin di negeri lain. Kami mendo’akan, semoga kalian berlomba-lomba menginfaqkan sebagian harta kalian untuk memperkuat barisan jihad di bumi kalian yang penuh berkah. Mudah-mudahan kami yang ada di luar Suriah dapat membantu kalian semampu kami.
Kami berdo’a kepada Allah, semoga kalian menjadi orang-orang yang sabar, tangguh dalam meningkatkan kesabaran, tabah bertahan melindungi tanah air Islam, agar kalian dapat meraih kemenangan dan keberuntungan dalam waktu yang singkat, insya Allah.
Ashabul Kahfi Modern
Kalian jangan suka mengeluh lantaran di tengah kalian tidak ada ulama yang dapat membimbing dan meluruskan kesalahan-kesalahan kalian. Sekalipun demikian, kalian tetap mempunyai hak untuk berijtihad secara mandiri, sebagaimana diperbuat oleh Ashabul Kahfi yang Allah ceriterakan di dalam Al-Quran.
Ashabul Kahfi seluruhnya adalah anak-anak muda, mereka tampil maju ke depan melawan kesyirikan dan kekafiran, kezaliman dan penindasan untuk memaksa manusia menyembah kepada selain Allah. Mereka dahulu tidak punya ulama atau para pemikir atau tokoh-tokoh akademik. Mereka berijtihad sendiri dan memohon kepada Allah untuk memberi hidayah atau taufiq dan berpegang kepada aqidah tauhid. Allah kemudian memberi hidayah kepada mereka lalu mereka memilih mengasingkan diri dari tengah masyarakat dan kesenangan duniawi, lalu berlindung ke dalam gua. Karena itu Allah memelihara mereka dan menyelamatkan mereka dengan rahmat dan pertolongan-Nya.
Kalian punya contoh yang baik dalam diri Ashabul Kahfi. Semoga kalian dapat menjadi Ashabul Kahfi moderen di bumi kalian yang penuh berkah. Sebab jihad tidak boleh berhenti karena alasan tidak ada ulama. Sebaliknya, tidak adanya ulama tidak boleh menghentikan jihad kalian. Teruskanlah jihad kalian sampai Allah membuka kemenangan bagi kalian.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullah wabarakatuh
(ameera/arrahmah.id)