ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Perdana menteri Inggris, David Cameron, berusaha untuk meyakinkan dunia Muslim tentang operasi militer pimpinan NATO di Libya pada Selasa (5/4/2011). Cameron mengatakan di hadapan para siswa di Pakistan bahwa serangan Barat bukan “serangan terhadap Islam”.
Cameron meyakinkan dengan tindakan tersebut tidak hanya mendapat dukungan dari negara-negara Arab dan PBB tetapi dirancang untuk menyelamatkan nyawa warga sipil yang tak berdosa, terutama Muslim.
Dia menolak membandingkan invasinya ke Libya dengan invasi AS ke Irak tahun 2003. Menurutnya, “omong kosong” jika ada yang menyatakan bahwa tindakannya kepada rezim Gaddafi didorong oleh kepentingan-kepentingan Barat terhadap minyak Libya.
Cameron, pada kunjungan resmi pertama ke Pakistan sebagai perdana menteri, meluncurkan partisipasi Inggris untuk mewujudkan pertahanan di Pakistan melalui pidatonya di Institut Teknologi Informasi Islamabad.
Dia mengakui bahwa tidak sedikit orang yang melihat peran Inggris di Irak, Afghanistan, dan Libya, “dan percaya bahwa kami terlibat dalam semacam perang terhadap Islam”.
“Dengan didukung oleh PBB dan Liga Arab, kami telah mengambil tindakan untuk melindungi rakyat – yang mayoritas Muslim – dari pembantaian. Hal ini seperti yang pernah kami lakukan di Kosovo lebih dari satu dekade yang lalu.”
“Tidak akan ada invasi asing, dan negara-negara Arab seperti Qatar dan Uni Emirat Arab secara aktif memberikan kontribusi dalam penegakan zona larangan terbang.”
“Dan argumen bahwa Barat bertindak karena minyak juga omong kosong.”
“Jika memang benar demikian, kami bisa saja membiarkan Gaddafi mengambil alih Benghazi dan Tobruk, maka minyak akan terus mengalir. Tapi sebaliknya, kami mengambil keputusan yang sulit untuk menghentikan Gaddafi,” dalihnya.
Pidato Cameron ini datang saat rezim Libya mengatakan siap untuk membahas reformasi pemerintahan di negara tersebut dengan syarat, Gaddafi harus tetap menjadi penguasa Libya.
Dalam wawancara di sebuah statsiun televisi di Islamabad, Cameron mengatakan: “Pandangan saya sangat jelas, tidak ada masa depan bagi Libya yang melibatkan Kolonel Gaddafi sebagai pengendalinya.” (althaf/arrahmah.com)