JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Tim Hisab Al Husiniyah Cakung Jakarta Timur KH. Nuryazid mengatakan, bahwa dalam melakukan rukyatul hilal, Cakung tidak hanya menggunakan satu metode hisab, yakni Sullamunayyiroin yang banyak dituduhkan oleh banyak pihak.
“Tidak benar itu kami menggunakan 24 metode hisab,” kata KH. Nuryazid.
Sejak tahun 2007 Cakung sudah menggunakan 24 metode hisab sebagai bahan perhitungan sementara yang tidak pasti.
Selain Sullamunnayyiroin metode yang digunakan adalah Fathu al Rauf, Badi’atul Mitsal, Irsyad al Murid, Al Yawaqit fil Mawaqit, New Comb, Ahillah dan Ephemeris.
KH. Nuryazid juga menegaskan bahwa semua metode itu sebagai dugaan saja atau perkiraan untuk melihat hilal atau hanya prediksi.
“Alat bantu untuk melihat keberadaan hilal. Kalau kita tidak menggunakan alat bantu, maka akan lebih lama mengetahui keberadaan hilal,” tegas KH Nuryazid.
Karena itu dia juga mengatakan dengan jelas bahwa sekiranya dalam kondisi hisab ada pehitungan yang underestimate tidak bisa dilihat, namun tim rukyatul hilal tetap melakukan pemantauan dan penglihatan langsung dengan mata.
“Berarti hitungan itu salah, karena semua itu adalah perhitungan buatan manusia yang tidak pasti. Sedangkan alam tidak semesta ini adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala,” terang KH Nuryazid.
Hal ini diungkapkan untuk menanggapi tentang bisa saja terjadi hilal tampak pada kondisi yang di luar perhitungan hisab.
KH. Nuryazid juga menuturkan tim rukyatul hilal Cakung tetap mengdepankan syariat melihat hilal awal bulan dengan mata tanpa alat bantu, karena alat bantu punya kelemahan. Dia mencontohkan yang sangat sederhana. Pada suatu kondisi kamera tidak bisa menangkap dengan jelas suatu objek gambar. Sedangkan mata manusia langsung masih dapat melihat dengan jelas objek dalam kondisi yang tidak bisa ditangkap kamera.
(azmuttaqin/arrahmah.com)