WASHINGTON (Arrahmah.com) – Sebuah demonstrasi besar kejutkan Greenwich Village kurang dari 24 jam setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana larangan imigrasi Muslim yang ia usulkan pada kampanye pemilunya. Selain itu Trump pun menandatangani dua perintah eksekusi pembersihan imigran gelap, seperti dilansir Observer pada Rabu (25/1/2017).
“Aksi darurat” yang diselenggarakan oleh Dewan Relasi Islam-Amerika cabang New York (CAIR-NY) ini menghadirkan sejumlah pembicara dari kalangan pejabat, pemimpin agama dan pendukung yang mewakili berbagai ras, etnis dan agama. Peserta berteriak “Sigap, lawan!” dan “Tidak untuk larangan, tidak untuk tembok pembatas!”, mengacu pada rencana Trump untuk membatasi masuknya imigran dari sekitar 30 negara mayoritas Muslim jika mereka menolak untuk bekerja sama dengan intelijen Amerika serta membangun tembok penghalang di sepanjang perbatasan Meksiko.
Koalisi Imigrasi New York, yang digaji oleh para pemilih New York tahun lalu, membantu mengkoordinasikan aksi demonstrasi ini. Advokat Publik, Letitia James, dan anggota DPR I, Daneek Miller, juga hadir sebagai pembicara.
Aktivis Arab-Amerika terkemuka, Linda Sarsour, yang memimpin aksi setengah juta kuat kaum perempuan di Washington pada hari Sabtu lalu, turut hadir membakar semangat peserta aksi.
“Sementara ‘mereka’ (mengacu pada administrasi Donald Trump) bersatu di atas dasar kebencian, perpecahan, rasisme, homofobia serta xenofobia, kami dipersatukan oleh solidaritas dan cinta, dan kesatuan,” teriak Sarsour penuh semangat.
Ide untuk mengadakan aksi darurat ini digagas oleh CAIR NY pada Selasa malam (24/1) ketika sejumlah media memberitakan dari perintah eksekutif Trump, menurut Albert Cahn, direktur strategis CAIR-NY
Cahn, yang Yahudi, mengatakan bahwa tujuan dari aksi ini adalah untuk “memicu solidaritas” dan mengirim pesan untuk Trump bahwa New York adalah “tempat terbuka untuk berdiri dalam solidaritas bersama Muslim dan mereka yang tidak memiliki dokumen imigrasi.” Ia juga menegaskan bahwa aksi ini hanyalah sebuah permulaan.
“Kami masih mendiskusikan berbagai langkah lain termasuk mobilisasi akar rumput, advokasi, keterlibatan dengan para pejabat lokal dan negara, dan bahkan mengambil jalur hukum untuk menentang apa yang kami lihat sebagai pelanggaran hukum dan keputusan yang diskriminatif,” tambah Cahn.
Sementara itu, pengacara Brooklyn, Jumaane Williams, sambil mengepalkan tangannya di udara mengingatkan peserta aksi bahwa meski retorika dan tindakan Trump mencerminkan sikap ortodok masyarakat Amerika, tetapi pemerintah seharusnya tidak hanya berpikir “siapa kita”.
“Lihatlah sekitar Anda dan katakan: saya akan jadi cahaya Anda dan Anda akan menjadi bagian dari saya,” Williams dengan berapi-api melanjutkan. “Kita akan memandu sama lain melalui kegelapan ini. Kita akan menjadi orang-orang yang menjadi sejarah. Dan katakan ‘Siapa Trump?”
Pada saat yang sama, Kavita Pawria-Sanchez, asisten komisaris Kantor Walikota Bill de Blasio untuk Urusan Imigran, menegaskan pernyataan walikota sebelumnya bahwa proposal Trump tidak akan mengubah kebijakan kota. (althaf/arrahmah.com)