Dilaporkan, hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar warga Amerika menentang rencana Presiden Bush mengirimkan tambahan pasukan ke Iraq.
Meski dunia sudah mengecam berkali-kali kebijakan Bush, toh Amerika nampaknya tak belajar dari pengalaman buruknya. Wakil Presiden Dick Cheney, baru-baru ini bahkan mengatakan, perang tidak dapat ditentukan melalui jajak pendapat.
Menurut Cheney, jika Amerika meninggalkan Iraq sekarang, kelompok “teroris” akan memandang Amerika tidak mampu melakukan perlawanan. Tuduhan seperti ini biasa dilakukan Amerika.
Seperti Vietnam
Beberapa hari lalu, rencana Bush yang akan mengirim pasukan tambahan banyak mendapatkan kecaman di dalam Negeri.
Anggota Kongres AS, misalnya, Chuck Hagel menuduh Bush mencoba menjadikan Iraq seperti perang yang pernah dihadapi AS di Vietnam.
Kepada Financial Times, Jumat (12/1), Hagel menegaskan bahwa tuntutan Bush agar lebih banyak pengorbanan dari tentara AS demi meraih kemenangan di Iraq adalah pandangan yang tidak benar.
“Pernyataan Bush sehari lalu menunjukkan bahwa ia melakukan blunder paling berbahaya dalam kebijakan LN AS sejak (kekalahan) Perang Vietnam. Kami tetap menolak rencana itu,” tegas Hagel yang anggota Partai Republik. “Meminta pengorbanan para pemuda AS di Iraq, adalah kesalahan. Secara moral, militer dan strategi, cara itu salah,” tambahnya.
Sementara itu, Menlu Condoleezza Rice hari ini berada di Timur Tengah untuk menggalang dukungan dari negara-negara pro-Barat guna menekan Iran. Rice akan datang ke Mesir, Yordania, Arab Saudi, dan Kuwait sebelum kemudian ke Jerman dan Inggris.
Sebelumnya, unjuk rasa anti perang kembali terjadi di AS. Ratusan orang dilaporkan melakukan aksi damai di San Francisco untuk menolak perang Iraq serta mengutuk rencana Bush menambah pasukan. Selain di San Francisco, unjuk rasa juga terjadi di Alameda, Berkeley, Mountain View, Oakland dan Palo Alto.
Seorang pengunjuk rasa membawa plakat berlambang swastika yang disusun dari nama-nama pejabat dalam kabinet Bush dan menyebutnya sebagai 4th Reich (Kerajaan Keempat), menirukan sebutan rezim Nazi Jerman.
“AS berdiri di masa yang sangat berbahaya. Semua orang yang memerintah rakyat AS adalah gila. Mereka kehilangan kesadaran menghadapi kenyataan,” kata Lynn Feinerman, coordinator unjuk rasa.
Dari Najaf, Iraq, jubir kelompok bersenjata Syiah pimpinan Moqtada al-Sadr memperingatkan bahwa pengiriman ribuan tentara tambahan AS ke Iraq hanya akan membawa korban lebih besar.
“Rakyat AS harus mencegah putra-putra terbaiknya dikirim ke Iraq atau mereka akan pulang dalam peti mati,” kata Sheik Abdel Razzaq al-Nadawi dalam pernyataan resmi kelompok yang disebut Laskar Mahdi itu.
Nadawi menilai rencana pengiriman pasukan AS itu sangat tendensius karena hanya bertujuan menumpas kelompoknya dan kelompok lain yang dianggap biang kekacauan di Iraq. Namun AS tidak bertanggung jawab atas berbagai kerusakan dan kehancuran yang ditimbulkan akibat invasinya Maret 2003.
“Persoalan di Iraq adalah kehadiran pasukan AS dan menambah jumlah pasukan hanya akan menambah masalah,” kata Nadawi. “Ini bukan rencana pertama Bush. Namun semua rencananya gagal dan tidak akan ada yang lebih baik. Kami tidak akan menerima baik strategi baru maupun kehadiran pasukan AS.” [cha, berbagai sumber/hid]