BEIJING (Arrahmah.com) – Perusahaan Alibaba menjadi menjadi sorotan, lantaran unit bisnisnya yang bernama Alibaba Cloud dituding membuat teknologi untuk mendeteksi wajah manusia berdasarkan etnis, salah satunya minoritas Muslim Uighur.
Hal itu dibongkar oleh sebuah perusahaan riset pengawasan yang berbasis di Amerika Serikat (AS), IPVM. Laporan IPVM mengatakan perangkat lunak yang mampu mengidentifikasi warga Uighur tersebut muncul di layanan moderasi konten Cloud Shield Alibaba untuk situs web.
Seperti dilansir CNN (18/12/2020), Alibaba menggambarkan Cloud Shield sebagai sistem yang mendeteksi dan mengenali teks, gambar, video, dan suara yang berisi pornografi, politik, terorisme kekerasan, iklan, dan spam, serta memberikan verifikasi, penandaan, konfigurasi khusus, dan kemampuan lainnya.
Catatan teknologi pengenal wajah itu juga bisa memunculkan kode apakah si pengguna itu Uighur atau bukan.
Akibatnya, jika seorang warga Uighur menyiarkan langsung video di situs web yang mendaftar ke Cloud Shield, perangkat lunak tersebut dapat mendeteksi bahwa pengguna adalah orang Uighur dan muncul rekomendasi untuk video itu ditinjau atau dihapus.
Dalam sebuah pernyataannya Alibaba berdalih dan mengaku kecewa kepada unit bisnisnya tersebut, karena telah mengembangkan tekonologi pengenalan wajah yang dianggap dapat menandai etnis tertentu.
“Diskriminasi ras atau etnis dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran kebijakan dan nilai Alibaba. Kami kecewa mengetahui bahwa Alibaba Cloud mengembangkan teknologi wajah namun menyertakan sebagian etnis,” dalih Alibaba kepada SCMP, Kamis (17/12).
Alibaba menjelaskan teknologi Cloud buatannya merupakan sebuah sistem yang dapat mendeteksi dan mengenali teks, gambar, video, dan suara yang mengandung pornografi, politik, terorisme, iklan dan spam.
Sebelumnya, laporan dari IPVM mencuat setelah kelompok hak asasi manusia (HAM) menuduh Cina memaksa lebih dari 1 juta Muslim Uighur untuk melakukan kerja paksa di wilayah Xinjiang.
Menurut IPVM, sebuah dokumentasi dan kode sampel secara khusus menyebut, sejauh mana kemampuan untuk mengidentifikasi orang Uighur. Namun sejak fitur dalam perangkat lunak tersebut diketahui dan dipublikasikan, Alibaba Cloud langsung menghapus fitur tersebut dan hingga kini tidak ditemukan.
Sejak 2017 Cina telah menahan banyak anggota minoritas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang barat, dan kurang lebih sebanyak 1 juta orang ditahan di kamp-kamp wilayah tersebut.
Para kritikus menuduh Beijing berusaha memberantas etnis Uighur, namun Beijing menampik pandangan tersebut, dan mengklaim bahwa etnis tersebut berada pada kamp pendidikan yang bertujuan untuk memberi pelatihan kerja dan melawan ekstremisme. (hanoum/arrahmah.com)