HUDAIDAH (Arrahmah.com) – Gencatan senjata di Yaman yang sebenarnya akan mulai diberlakukan pada 18 Desember, kini ditunda setelah kekerasan kembali terjadi di kota pelabuhan Hudaidah.
Pihak yang bertikai setuju untuk mengakhiri pertempuran di Hudaidah pada Kamis (13/12/2018) lalu. Sehari kemudian, serangan udara dan bentrokan sengit terjadi antara pasukan pro-pemerintah Yaman dan kelompok teroris Syiah Houtsi, menurut laporan BBC pada Ahad (16/12).
Pejabat PBB dan Yaman mengatakan penundaan gencatan senjata diperlukan agar perintah dapat diteruskan ke pasukan darat.
Utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths mendesak kedua belah pihak untuk menghormati kewajiban dan semangat kesepakatan.
Hudaidah, sekitar 140 km dari barat ibu kota Sana’a, adalah kota terbesar keempat di Yaman dan pusat perekonomian sebelum teroris Syiah menduduki pada akhir 2014.
Sebagai sebuah pelabuhan, kota tersebut juga merupakan jalur penyelamat bagi hampir dua pertiga populasi Yaman, yang hampir sepenuhnya mengandalkan impor untuk makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Sejak Juni, Hudaidah menjadi pusat pertempuran antara teroris Syiah Houtsi dan pasukan pemerintah Yaman yang didukung oleh koalisi pimpinan Saudi.
Lebih dari 22 juta warga Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan dan 8 juta orang tidak tahu bagaimana mereka akan mendapatkan makanan.
Sekjen PBB Antonio Guterres telah memperingatkan bahwa kekurangan makanan yang parah dapat memburuk jika gencatan senjata di Hudaidah gagal. (haninmazaya/arrahmah.com)